ABNnews – Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Aan Suhanan, menyoroti ancaman cuaca ekstrem yang diprediksi bakal menghantam wilayah Semarang saat periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026. Banjir rob hingga limpasan air hujan disebut berpotensi bikin kemacetan panjang di jalur-jalur utama.
“BMKG memprediksi puncak musim hujan terjadi Desember–Januari. Semarang itu unik karena bisa banjir dari laut dan juga dari darat. Jadi antisipasinya harus serius,” kata Aan dalam Rapat Persiapan Nataru di Kantor Jasamarga Semarang Batang, Jawa Tengah, Kamis (13/11).
Aan menjelaskan, tanpa langkah mitigasi, jalur arteri di Semarang dan sekitarnya bakal sangat rawan stuck ketika hujan lebat mengguyur. Bila banjir muncul bersamaan, potensi kepadatan lalu lintas bisa tak terhindarkan.
“Soal cuaca tolong jadi perhatian. Jalur alternatif juga terbatas kalau banjir dan hujan terjadi bersamaan,” ujarnya.
Tak cuma cuaca, rekayasa lalu lintas juga masuk prioritas. Aan meminta seluruh pemangku kepentingan menyiapkan skema pengurai kepadatan, terutama di jalan tol.
“Kalau perlu rekayasa lalu lintas, langsung koordinasi. Lebih baik dilakukan daripada tidak sama sekali. Misalnya pengalihan arus dari Kalikangkung ke Weleri, itu silakan disiapkan,” katanya.
Wilayah aglomerasi wisata seperti Bandungan, Solo, dan Yogyakarta juga diminta diantisipasi. Lonjakan kendaraan wisatawan saat Nataru hampir pasti terjadi.
“Biasanya orang berangkat pagi pulang sore. Jadi kepadatan di tol itu pasti muncul. Mohon benar-benar disiapkan rekayasa lalinnya,” jelasnya.
Aan juga menyoroti kemacetan yang sering muncul di rest area. Ia meminta rekayasa lalu lintas di dalam rest area disiapkan, terutama di titik rawan seperti Rest Area 424B Tol Semarang.
“Koordinasikan dengan pengelola. Cari solusi supaya tidak ada penumpukan kendaraan. Jangan sampai rest area justru jadi sumber macet,” tegasnya.
Ditjen Hubdat optimistis seluruh langkah mitigasi tersebut bakal membuat layanan angkutan Nataru 2025/2026 berjalan aman, lancar, dan terkendali.













