ABNnews – Pemerintah akan mulai menggunakan alat tes tuberkulosis (TBC) model baru yang lebih cepat dan praktis pada 2026. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, alat tersebut bisa dipakai langsung di fasilitas kesehatan tingkat pertama tanpa perlu laboratorium khusus.
“Setiap tahun, terdapat sekitar satu juta kasus dengan angka kematian mencapai 136.000 jiwa,” kata Budi usai menghadiri acara di Umsida, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (9/11/2025).
Budi menjelaskan, percepatan penanganan TBC dimulai dari peningkatan deteksi dini. Selama ini, banyak pasien TBC terlambat teridentifikasi karena gejalanya mirip batuk biasa, sementara pemeriksaan membutuhkan fasilitas laboratorium yang tidak tersedia di semua daerah.
“Kalau bisa cepat skrining, obatnya itu sebenarnya sudah ada. Tantangannya itu menemukan penderitanya karena TBC susah dibedakan dengan batuk biasa dan tesnya selama ini agak sulit,” ujarnya.
Seperti Rapid Test Covid
Alat baru yang akan digunakan bersifat portable, cepat, dan akurat. Metode pemeriksaannya pun lebih sederhana, hanya menggunakan swab mulut.
“Alatnya yang baru, kecil, portable, dan tidak butuh laboratorium. Bisa langsung dipakai di puskesmas dan klinik,” kata Budi.
Ia memastikan akurasi alat ini setara dengan metode laboratorium konvensional. Teknologi tersebut telah diuji coba di salah satu laboratorium di Jawa Barat.
“Alat ini akurasinya sama dengan lab konvensional. Dan bagusnya, tidak perlu lagi dahak. Cukup swab mulut, seperti rapid test Covid-19,” jelasnya.
Inovasi ini menjadi bagian dari program One Stop Service (OSS) yang menyatukan rontgen dada, nPOCT, dan TCM dalam satu kunjungan pemeriksaan.
Program OSS telah diuji coba di delapan puskesmas di Bandung, Kota Bogor, dan Semarang bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran dan Bank Dunia. Tahun ini, pilot project diperluas ke 100 titik di delapan provinsi, termasuk Jawa Timur.
“Jawa Timur kita prioritaskan karena berada di posisi kedua nasional kasus TBC dengan 116.538 kasus, di bawah Jawa Barat,” kata Budi.
Ia menegaskan, deteksi dini menjadi langkah kunci.
“Kalau skrining bisa cepat dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, TBC ini bisa kita tekan jauh lebih cepat,” tutupnya.











