ABNnews — Presiden ke-5 RI sekaligus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengaku ogah memiliki telepon seluler. Hal itu disampaikan Megawati saat menjadi pembicara kunci dalam seminar internasional peringatan ke-70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Perpustakaan Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (01/11).
Ia mengungkap alasan kenapa dirinya tak memiliki HP sampai saat ini. Sebab, kata Megawati, dirinya adalah sosok yang banyak dicari dan banyak orang ingin tahu tentang dirinya.
Awalnya, Megawati menyinggung kebiasaan banyak orang yang lebih fokus pada ponsel mereka, bahkan di momen-momen penting.
“Untuk apa kalian datang, hah? Kalau ininya nggak dipakai untuk mendengarkan sesuatu yang menurut saya sangat berarti. Hanya nampang? Sorry for my friend, this is not for you, this is for my people. Juga kalian boleh ngomong, sekarang juga di luar negeri banyak yang begitu. Orang serius tidak banyak lagi,” kata Megawati.
Megawati kemudian mengaku sempat berpikir perlu ada aturan mengenai penggunaan HP. Ia menegaskan alasan dirinya tidak memiliki HP adalah banyak orang ingin mengetahui tentang dirinya, sementara tidak semua orang memiliki niat baik.
“Saya selalu pikir, ada UU buat HP. I don’t have HP because, do you know why? Karena saya orang yang dicari. Do you understand what I mean? Everybody wants to know me, but not everybody is a good person. Do you understand? Jadi saya nggak punya HP, nggak. Kalau orang bilang ngintel, intel, or spying,” ujarnya.
Dalam kesempatan seminar internasional peringatan ke-70 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) itu, Megawati juga menyerukan kepada masyarakat dunia untuk membangun tatanan global baru yang berpijak pada nilai kemanusiaan, keadilan, dan kesetaraan dengan Pancasila.
“Dunia lama yang dibangun di atas kolonialisme dan imperialisme harus digantikan oleh dunia baru yang berkeadilan,” ucap Megawati.
Megawati berpendapat di tengah krisis moral global, ketimpangan digital, dan konflik geopolitik yang berlarut, dunia membutuhkan nilai universal baru yang tidak berakar pada kekuasaan, tetapi pada kemanusiaan.
“Tanpa dasar moral yang kuat, dunia akan terus diwarnai pertarungan hegemoni sebagaimana perang Rusia-Ukraina dan krisis di Timur Tengah,” kata Megawati.













