ABNnews – Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu ia berkata:
“Wahai Rasulullah, sama memiliki kerabat, saya sambung tapi mereka malah memutuskan, mereka berbuat buruk kepada saya tapi saya berusaha untuk berbuat baik kepada mereka. Mereka berbuat jahil kepada saya tapi saya sabar tidak ingin membalas dengan yang sama. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘jika yang kamu katakan itu benar, maka seakan-akan kamu menaburkan debu panas ke wajahnya dan senantiasa Allah akan menolong kamu selama kamu terus berbuat seperti itu’” (HR. Muslim)
Sifat pemaaf ini bukankah sifat yang mudah walaupun memang mudah diucapkan. Apalagi kalau ternyata dia menyakiti hati kita. Karena kesakitan hati itu lebih berat daripada kesakitan badan. Kalau kita terkena pedang beberapa hari atau beberapa minggu sudah sembuh.
Tapi, dilansir dari Radio Rodja, kalau hati kita yang disakiti, mungkin bisa bertahun-tahun baru bisa sembuh. Kecuali orang-orang yang hatinya betul-betul jiwanya pemaaf, yang betul-betul mengharap keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Abu Bakar
Ketahuilah, sifat pemaaf itu mendatangkan maaf Allah kepada kita. Sebagaimana ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menegur Abu Bakar yang tidak mau memaafkan orang yang menuduh ‘Aisyah telah berzina dengan seorang Sahabat. Tuduhan itu tersebar menjadi isu yang hangat di kota Madinah.
Lalu Allah turunkan ayat yang menyebutkan tentang bersihnya ‘Aisyah dari tuduhan tersebut. Dan ternyata diantara yang menuduh dan menyebarkan tuduhannya itu adalah seorang kerabat Abu Bakar yang miskin yang Abu Bakar selalu memberi makan kepada dia dan mencukupi kebutuhan dia sehari-hari.
Melihat ternyata saudaranya yang ikut menyebarkan tersebut, maka Abu Bakar bersumpah tidak akan pernah lagi memberikan kebaikan kepadanya. Maka Allah turunkan: “Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? ” (QS. An-Nur[24]: 22)
Mendengar itu Abu Bakar berkata, “Iya, aku ridha Allah mengampuni dosaku.” Maka kemudian Abu Bakar memaafkan saudaranya dan kembali berbuat baik kepadanya. Wallohua’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara













