ABNnews – Idealnya seorang muslim memiliki keshalehan ritual dan keshalehan sosial sehingga kehidupannya lebih bermakna.
Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan orang shaleh itu adalah orang yang baik secara pribadi. Tapi hendaklah pula menjadi seorang muslih yang baik secara pribadi serta muslih yang sosial.
Suatu ketika seseorang berkata kepada Khalifah Umar: ”Alangkah sholehnya orang itu, wudhu’nya sempurna dan sholatnya khusuk.
Mendengar itu Umar bertanya: ”Apakah engkau tinggal /hidup bersama dengan dia?” Orang itu menjawab: ” Tidak!”.
Umar bertanya lagi: “Apakah engkau pernah menguji dengan harta?” Orang itu berkata: “Tidak pernah?”.
Lalu Khalifah Umar berkata: ”Betapakah engkau mengatakan sesuatu bahwa dia orang sholeh padahal engkau tidak hidup bersamanya dan bermu’amalah dengannya?”
Rasulullah bersabda: “Maukah kalian Aku beri tahu tentang amal yang lebih tinggi daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?”. Para ahabat menjawab: Tentu saja kami mau.
Beliau lalu melanjutkan sabdanya: “Yaitu mendamaikan hubungan sesama. Karena rusaknya hubungan sesama itu ibarat gunting penyukur. Tapi bukan gunting yang mencukur rambut, melainkan yang menggunting agama” (HR. Abu Dawud). Wallohua’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara













