banner 728x250

Jepang Bantu Latih Guru SMK Indonesia Jadi Ahli Mold and Dies

Foto dok Kemenperin

ABNnews – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus ngebut memperkuat sumber daya manusia (SDM) di sektor mold and dies serta mesin perkakas.

Dua bidang ini disebut jadi tulang punggung industri manufaktur nasional, bahkan masuk prioritas pengembangan dalam RPJPN 2025–2045.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri mold and dies punya potensi besar karena menopang banyak sektor, mulai dari otomotif sampai elektronik.

“Sektor ini berperan penting dalam menghasilkan berbagai komponen industri, dari otomotif hingga barang konsumsi,” ujar Agus di Jakarta, Rabu (22/10).

Data dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) mencatat ada sekitar 660 perusahaan mold and dies dengan kapasitas produksi 35–40 ribu unit per tahun.

Sektor ini juga menyerap lebih dari 42 ribu tenaga kerja. Agus menegaskan, peningkatan SDM jadi kunci agar industri makin produktif dan kompetitif.

“Kemenperin punya 13 perguruan tinggi vokasi, 9 SMK, dan 7 Balai Diklat Industri yang aktif mencetak tenaga kerja berdaya saing global,” jelasnya.

Buat memperkuat kompetensi tenaga pendidik, BPSDMI Kemenperin kerja sama dengan Association for Overseas Technical Cooperation and Sustainable Partnerships (AOTS) Jepang.

Mereka menggelar Pelatihan Pengembangan Sistem Pendidikan Mold and Dies untuk guru-guru SMK dari seluruh Indonesia.

Program ini bagian dari New Manufacturing Industry Development Center (New MIDEC) hasil kolaborasi antara Kemenperin RI dan Ministry of Economy, Trade, and Industry (METI) Jepang di bawah payung Indonesia–Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

Kepala BPSDMI Masrokhan bilang, pelatihan ini sudah berjalan sejak 2019 dan melibatkan 225 guru SMK dari berbagai daerah.
Tahun ini, pelatihan berlangsung 10 hari (20 Agustus–2 September 2025), diikuti 25 guru bidang permesinan dan elektronika.

“Pelatihan ini memperkuat pemahaman teknis peserta soal proses produksi, penggunaan alat, hingga keselamatan kerja di industri mold and dies,” kata Masrokhan.

Ia berharap hasil pelatihan bisa diintegrasikan dengan kurikulum sekolah supaya pendidikan vokasi makin relevan dengan kebutuhan industri.

“Program ini jadi acuan penyelarasan kurikulum, sarana pendidikan, dan kualitas pengajaran,” tambahnya.

Perwakilan AOTS Jepang Yosuhiro Chino memberi apresiasi untuk semangat para guru Indonesia.

“Pelatihan seperti ini penting agar dunia pendidikan bisa mengikuti perkembangan teknologi dan menyiapkan SDM siap kerja,” ujarnya.

Menurut Yosuhiro, industri mold and dies punya peran vital dalam menjaga rantai pasok manufaktur tetap berjalan efisien dan berkelanjutan.

Kemenperin dan METI Jepang berkomitmen terus memperluas kerja sama strategis, termasuk di bidang industri kecil menengah (IKM), transformasi hijau, dan implementasi Industry 4.0.

Kolaborasi antara AOTS dan BPSDMI diharapkan bisa melahirkan SDM industri unggul dan memperkuat daya saing manufaktur nasional menuju kemandirian industri Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *