banner 728x250
Opini  

Visa Sakti Umrah Mandiri

Catatan Cak AT

Arab Saudi tampaknya terus berbenah bukan hanya dengan semen dan gedung pencakar langit, tapi juga dengan server dan algoritma. Negeri tempat Ka’bah berdiri itu kini bukan cuma mengurus tamu Allah, tapi juga data login para tamu tersebut.

Pemerintah Saudi bikin keputusan cespleng: mulai Oktober 2025, semua jenis visa —baik visa kunjungan, turis, keluarga, bahkan transit— bisa dipakai untuk umrah. Tak lagi perlu visa khusus umrah yang dulu terasa seperti kunci emas menuju Tanah Suci.

Sekarang, asal punya visa sah jenis apa pun, dan kuota memori ponsel cukup untuk unduh aplikasi, jalan terbuka. Dunia Islam pun bergemuruh: “Makkah kini bisa diakses lewat Play Store!” Sudah jutaan orang yang mengunduh aplikasi Nusuk.

Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi memang sudah beberapa tahun belakangan meluncurkan aplikasi resmi bernama _Nusuk_. Tapi sekarang, aplikasi ini disempurkan dengan yang untuk umrah. Orang mengenalnya sebagai Nusuk Umrah.

Aplikasi ini bukan sekadar tempat mendaftar izin, tapi juga _super app_ ibadah. Melalui Nusuk, jamaah bisa mengurus izin umrah, memesan hotel, transportasi, bahkan mengatur akses ke Masjid Nabawi dan Rawdah. Semuanya dari layar ponsel.

Langkahnya simpel tapi sakral: Unduh aplikasi Nusuk dari App Store atau Play Store. Lalu langsung daftar dengan data paspor, visa, nomor telepon, dan email. Selanjutnya pilih layanan izin umrah, tentukan jadwal yang tersedia. Tunggu izin terbit. Selesai.

Tak perlu biro, tak perlu tanda tangan basah, tak perlu fotokopi KTP tiga rangkap. Yang perlu hanya satu: kuota internet dan kesabaran menunggu OTP masuk. Platform ini menjadi “gerbang digital terpusat” bagi jamaah seluruh dunia.

Mau pesan paket lengkap (visa-akomodasi-transportasi), bisa. Nusuk menyediakan semuanya. Mau _do it yourself_ alias umrah mandiri pun boleh. Semuanya disediakan resmi dan transparan lewat situs [https://umrah.nusuk.sa].

Kalau dulu orang antri visa di loket, kini yang antri adalah notifikasi. Dunia berubah: ibadah kini bergeser dari antrean fisik ke antrean digital. Cocok banget bagi anak-anak muda dari generasi Z.

Kebijakan ini bukan muncul tiba-tiba seperti unta yang nyelonong di tengah padang pasir. Ia bagian dari proyek besar Saudi Vision 2030, program ambisius Putra Mahkota Muhammad bin Salman.

Tujuannya? Menjadikan Makkah dan Madinah bukan sekadar pusat spiritual, tapi juga pusat digital pelayanan ibadah. Tapi tentu juga, jika tidak salah, memperoleh dampak sampingan: memperbanyak “turis spiritualis” masuk.

Kini, ibadah pun menjadi efisien, nyaman, dan —ini penting— terukur. Bahkan transaksi pembayaran pun bisa dilakukan lewat opsi digital. Kalau dulu jamaah menyiapkan uang real Saudi di saku, kini cukup siapkan saldo e-wallet.

Musim umrah 1447 H sudah dibuka sejak pertengahan Juni 2025, dan hasilnya langsung terasa. Kementerian Haji dan Umrah mencatat peningkatan jamaah 30% dibanding tahun lalu. Lebih dari 1,2 juta jamaah umrah datang dari 109 negara.

Mereka sudah menunaikan umrah hanya dalam satu bulan awal musim. Visa yang diterbitkan meningkat 27%. Ini menambah pundi-pundi pemerintah Saudi yang sudah kaya raya, plus penemuan sumber tambang emas sangat besar yang siap dieksplorasi Saudi.

Artinya, Nusuk bukan sekadar aplikasi; ia sudah menjadi arus utama ibadah global. Ribuan kontrak antara pemerintah Saudi dengan perusahaan umrah dan agen luar negeri pun disesuaikan —lebih dari 4.200 kontrak siap jalan.

Di media sosial, testimoni pun bermunculan. Ada yang berseru bahagia: “Umrah mandiri itu semudah dan sebahagia itu! Bisa eksplor Makkah sesuka hati.” Ada yang cerita pengalaman spontan soal kerinduannya pada sang kekasih, Nabi Muhammad Saw.

“Waktu itu lagi rindu banget. Cek Traveloka, nemu tiket murah PP cuma 15 juta. Tiga hari di Tanah Suci cukup buat lepas rindu.” Dan ada juga yang realistis tapi lucu: “Cuma 96 jam? Ya Allah, kasih tambahan tiga hari aja, biar bisa khatam syukur.”

Fenomena baru muncul: umrah singkat, spontan, murah, dan mandiri. Umrah bukan lagi soal kemegahan rombongan, tapi soal kesungguhan pribadi. Ya, kesungguhan untuk mempersiapkan diri menemui tantangan digital.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Nah, di sinilah drama mulai terasa. Kita bangsa paling ramai jamaah haji di dunia, tapi juga paling sering lupa password email. Maksudnya? Integrasi Nusuk dengan sistem visa Indonesia masih menunggu proses.

Mungkin sebentar lagi — mungkin versi Arab, yang artinya bisa beberapa Ramadan lagi. Namun arah sudah jelas: biro perjalanan tak lagi bisa bergantung pada cara lama. Mereka harus berevolusi dari penjual tiket menjadi “pembimbing ruhani digital”.

Dan jamaah pun mesti belajar menjadi jamaah mandiri, yang tentu tak sulit dilakukan anak-anak muda, terutama mereka yang suka ngeluyur. Sebab, kalau dulu kesulitan karena birokrasi, kini tantangannya juga sinyal Wi-Fi dan verifikasi dua langkah.

Tentu setiap kemajuan membawa risiko. Data digital bocor, sistem bisa _error_, jamaah bisa _lost connection_ di tengah pendaftaran. Tapi bukankah itu bagian dari ujian zaman? Jika dulu sabar diuji lewat antrean, kini sabar diuji lewat _loading screen_.

Namun di sisi lain, manfaatnya besar. Pertama, murah dan fleksibel. Jemaah bebas atur perjalanan sesuai kemampuan. Kedua, transparan. Semua harga dan layanan tampil jelas.
Terakhir, efisien. Bisa tak perlu lagi perantara, cukup jari dan doa yang bersih.

Revolusi umrah ini bukan sekadar soal izin digital, tapi perubahan cara kita memahami ibadah di era modern. Ibadah tak lagi identik dengan kerumitan administratif, tapi kesadaran bahwa teknologi pun bisa menjadi wasilah menuju Baitullah.

Bisa pula kita maknai, doa “Labbaik Allahumma Labbaik” juga berarti kesiapan kita menerima panggilan Allah dalam bentuk apa pun —termasuk lewat notifikasi aplikasi. Sebab, tanpa notifikasi bisa jadi tak bakalan anda bisa umrah.

Dan barangkali, makna sejati umrah bukan sekadar berjalan menuju Ka’bah, tapi berani melangkah dari kebiasaan lama menuju tatanan baru. Apak itu? Dari manual ke digital, dari bergantung ke mandiri, dari biro ke browser.

Karena, siapa sangka? Kini, untuk menuju Tanah Suci, selain niat, biaya, dan persiapan fisik, yang Anda butuhkan hanyalah: sinyal yang stabil.

Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 17/10/2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *