ABNnews – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) bergerak cepat! Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub punya rencana ambisius membangun enam pusat perawatan pesawat udara terpadu atau Approved Maintenance Organization (AMO) Center di enam wilayah strategis dari barat hingga timur Indonesia.
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Sokhib Al Rokhman, menjelaskan pembangunan ini bertujuan memperkuat industri perawatan pesawat nasional agar berdaya saing dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
“Kita ingin membangun itu (industri AMO) kurang lebih ada di enam lokasi yang ingin kita bangun,” kata Sokhib seusai menghadiri forum Indonesia Maintenance, Repair and Overhaul Summit (IMROS) 2025 di Jakarta, Selasa.
Kawasan AMO Center dirancang tersebar di enam lokasi, yaitu:
* Kawasan Barat: Batam, Kertajati, dan Bandara Budiarto Curug.
* Kawasan Tengah: Makassar.
* Kawasan Timur: Timika dan Sentani.
Rencana pembangunan ini merupakan bagian dari grand design Kemenhub dalam menciptakan pusat perawatan pesawat terintegrasi. Tujuannya jelas: mempercepat transformasi industri penerbangan nasional menuju kemandirian dan efisiensi operasional.
Sokhib menegaskan, kawasan tersebut diharapkan mampu menjadi pusat kegiatan industri perawatan pesawat yang sekelas dengan Seletar di Singapura, Subang Aerospace Park di Malaysia, Don Mueang di Thailand, bahkan U-Tapao di Vietnam.
Ia menilai, Indonesia memiliki potensi besar untuk menyaingi negara-negara tersebut, terutama karena letak geografis yang strategis dan tingginya kebutuhan layanan perawatan pesawat domestik.
Pemerintah akan mencontoh model pengembangan kawasan MRO (maintenance, repair, and overhaul) di Malaysia, di mana Subang Airport ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus. Langkah serupa akan didorong untuk diterapkan di Kertajati dan Budiarto Curug.
Kemenhub memastikan ketersediaan lahan tidak jadi kendala karena Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, telah memberikan dukungan penuh.
Sokhib menegaskan, pembangunan AMO Center akan diarahkan sebagai investasi non-APBN dengan skema kerja sama antara pemerintah dan pelaku industri perawatan pesawat.
Pemerintah menyediakan lahan dan infrastruktur dasar, sementara investasi pembangunan fasilitas perawatan akan dilakukan oleh pihak swasta melalui kemitraan dan joint venture dengan produsen global.
Bentuk kolaborasi ini akan membuka peluang kerja sama strategis, seperti Boeing dengan GMF atau Airbus dengan mitra lokal, mencontoh praktik yang sudah diterapkan di Singapura dan Thailand.
Di kawasan timur, AMO di Timika dan Sentani akan difokuskan pada dukungan operasional pesawat kecil seperti Cessna Caravan dan Pilatus yang banyak beroperasi di sana.