banner 728x250

Bandara Bali Utara Bukan Kaleng-Kaleng, Desainnya Terinspirasi dari Kura-Kura Kosmik Legendaris!

Bandara Bali Utra (dok. Alien DC)

ABNnews – Mega proyek North Bali International Airport (NBIA) di Bali Utara kini semakin menunjukkan wujudnya. PT BIBU Panji Sakti, sebagai pengembang, resmi meluncurkan desain arsitektur bandara baru ini, dan hasilnya dijamin bikin takjub.

Rancangan NBIA secara umum memiliki bentuk unik: mirip punggung penyu atau kura-kura.

“Konsep arsitektur bandara terinspirasi dari makhuk dalam cerita legenda Bali Bedawang Nala, yaitu kura-kura kosmik yang menjadi penyangga alam manusia (Bhurloka) dengan dukungan naga Anantabhoga dan Basuki,” dikutip detik.com. Kamis (9/10).

Bentuk cangkang tersebut ditranslasikan menjadi lengkung-lengkung, pola geometris, dan pola organik yang mengisi elemen interior serta keseluruhan massa terminal. Filosofi pembangunannya memegang teguh prinsip Tri Hita Karana, yakni harmoni dengan Tuhan, alam, dan manusia.

Konsep Tri Hita Karana diwujudkan dalam desain tata ruang yang terbuka dan hijau (natah), serta dirancang untuk memberikan pengalaman yang memadukan tradisi, iklim khas tropis, dan kenyamanan. Dengan tatanan ini, Bandara Bali Utara diharapkan sudah bisa “bercerita” tentang Bali sejak pengunjung menginjakkan kaki di airport.

Isu Offshore dan Ancaman Lingkungan

Selain desain yang menawan, pembangunan bandara ini juga mengedepankan prinsip sustainability dengan efisiensi energi dan penggunaan energi terbarukan. Namun, proyek ini masih berhadapan dengan isu sensitif.

Bali Utara, yang kaya tradisi dan areal pertanian produktif, memiliki banyak situs religi, desa, dan tanah adat yang tidak boleh diganggu atau diubah.

Karena kondisi ini, sempat muncul wacana bahwa Bandara Bali Utara akan dibangun lepas pantai (offshore). Pilihan offshore dinilai dapat mencegah rusaknya tempat peribadatan dan alih fungsi lahan produktif, serta menghilangkan kerumitan proses pembebasan lahan.

Sayangnya, wacana ini belum menemukan titik terang karena pembangunan offshore justru berpotensi mengancam keanekaragaman pesisir, meningkatkan risiko abrasi, dan menurunkan daya dukung lingkungan.

Pembangunan Bandara Bali Utara memang menghadapi masalah besar terkait isu lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Bahkan, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bali, Made Krisna Dinata, mengaku tidak memiliki informasi dan tidak mengikuti isu bandara tersebut.

Meskipun masuk dalam RPJMN 2025-2029, Pemerintah hingga kini belum menegaskan lokasi pasti pembangunan bandara, setelah sempat disebut akan berlokasi di Kecamatan Kubutambahan dan sebelumnya di Kecamatan Gerokgak (Desa Adat Sumberklampok).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *