ABNnews – Semangat mewujudkan kemandirian energi nasional kini diperkuat dan diturunkan kepada Generasi Z sebagai penerus bangsa. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memaparkan progres dan target ambisius pemerintah dalam diskusi terbuka bersama mahasiswa dan aktivis muda sektor energi, Rabu (7/10).
Bahlil menegaskan, kemandirian energi adalah prioritas. Langkah nyata telah dimulai sejak 1 Januari 2025 dengan penerapan mandatori pencampuran solar dengan biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40 persen (B40).
Langkah selanjutnya jauh lebih ambisius. Pemerintah menargetkan peningkatan campuran biodiesel pada solar menjadi 50 persen (B50) pada 2025. Target ini didorong untuk mengeliminasi ketergantungan impor solar.
“Nah sekarang impor kita tinggal 4 juta ton per tahun. Di 2025 rencana pemerintah akan mendorong ke B50. Jadi dengan demikian kita tidak lagi impor solar di 2025,” jelas Bahlil.
Ia menambahkan, prosesnya melibatkan pencampuran solar murni dengan Crude Palm Oil (CPO) menjadi FAME (Fatty Acid Methyl Ester).
“Tujuannya apa? Agar CPO dalam negeri bisa dikonversi untuk jadi solar,” tegasnya.
Upaya mengurangi impor juga menyasar bensin. Bahlil mengungkap konsumsi bensin di Indonesia masih 60% berasal dari impor.
Maka, pemerintah menargetkan pencampuran 10 persen bioetanol (E10) ke dalam setiap liter bensin. Rencana ini sudah dibahas dan disetujui Presiden.
“Kemarin malam sudah kami rapat dengan Bapak Presiden. Bapak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatori 10% etanol,” ungkap Bahlil. Tujuannya ganda: mengurangi impor dan menciptakan minyak yang lebih bersih serta ramah lingkungan.
Menariknya, Bahlil menegaskan bahwa proyek-proyek besar ini akan meminimalkan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
“Jadi yang pertama, kita mengerjakan ini tidak memakai dana APBN, sedikit sekali. Kita akan pakai kolaborasi dengan swasta,” tegasnya.
Beberapa langkah konkret yang dirancang di antaranya adalah pembangunan panel surya skala besar, termasuk rencana 80 gigawatt (GW) yang dikerjakan PT PLN (Persero) bersama investor. Sementara PT Pertamina (Persero) didorong meningkatkan lifting migas dan berperan dalam pembangunan kilang demi memperkuat ketahanan energi domestik.
Melalui kombinasi kebijakan campuran bahan bakar dan model pembiayaan yang cerdas, pemerintah optimistis transisi menuju energi yang mandiri dan ramah lingkungan bisa dipercepat, dan peran anak muda diharapkan menjadi kunci keberhasilannya.