ABNnews – Kandungan etanol untuk bahan bakar minyak (BBM) sudah lazim dilakukan di luar negeri, bahkan mencapai 5 persen, 8 persen, dan 10 persen.
Selain itu keberadaan etanol positif untuk lingkungan, karena bisa mengurangi emisi karbon.
Pendapat itu dikemukakan Direktur Eksekutif Kajian Ketahanan Energi Untuk Pembangunan Berkelanjutan Universitas Indonesia (Puskep UI) Ali Ahmudi.
“Itu sudah lazim dipakai dan berpengaruh sangat baik untuk lingkungan, mereduksi emisi karbon, di Eropa mereka biasa gunakan 5-8 persen. Di Amerika dan Australia begitu juga. Karena ada beberapa tujuan lain, tidak semata-mata kepentingan bisnis, namun agar mengurangi minyak dari fosil,” kata Ali, dikutip Selasa, 7 Oktober 2025.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan energi di berbagai negara juga pasti ingin terlibat dalam proses transisi energi untuk mereduksi emisi dan global warming. Salah satunya, adalah menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
”Jadi ini sudah global, bukan lagi lokal dan regional. Dan itu dilakukan oleh Shell, Total, BP di luar negeri. Hampir semuanya,” katanya pula.
Oleh Karena itulah Ali mempertanyakan, alasan penolakan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta di tanah air terhadap BBM impor Pertamina dengan alasan mengandung etanol 3,5 persen, padahal angka tersebut jauh di bawah kandungan etanol di luar negeri dan tentu saja aman untuk mesin kendaraan bermotor. Apalagi mesin-mesin terbaru, yang memang dirancang lebih ramah lingkungan.
“Apalagi kendaraan 2010-an ke sini sudah relatif ramah lingkungan, teknologinya rata-rata sudah adaptif. Sudah dipersiapkan untuk itu. Justru di berbagai negara, jauh di atas 3,5 persen. Makanya kalau sebesar itu (kandungan etanol 3,5 persen) tidak masalah,” ujar dia lagi.
Jika alasan major sebagai penolakan tersebut, katanya pula, seolah-olah harga mati, misal, kalau SPBU swasta pakai BBM yang mengandung etanol 3,5 persen, maka kendaraan konsumen akan rusak semua. Sedangkan alasan minor, menurut Ali, bahwa SPBU swasta hanya mencari-cari alasan saja.
“Bukannya negara lain juga menggunakan BBM dengan kandungan etanol, yang bisa berperan serta dalam mengurangi perubahan iklim dan emisi karbon? Nyatanya di sana aman-aman saja,” kata dia melalui sambungan telepon.
Di sisi lain, Ali berharap, agar masyarakat juga teredukasi dengan baik, apalagi era media sosial seperti sekarang. ”Padahal, apa yang mereka pahami (termasuk soal etanol) belum tentu benar,” ujarnya.
Sebelumnya, Vivo dan BP-AKR yang telah sepakat membeli BBM impor dari Pertamina, namun membatalkan rencana tersebut dengan alasan mengandung etanol 3,5 persen.***