ABNnews – Sampah dapur yang biasanya cuma jadi masalah, kini bisa berubah jadi peluang ekonomi. PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menggelar pelatihan PROMAG (Pengelolaan Sampah Organik Dapur dengan Budidaya Maggot Black Soldier Fly/BSF) di Kalurahan Karangasem, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, mengapresiasi warga yang sudah berkomitmen memilah sampah sejak rumah.
“Di Gunungkidul, pengelolaan sampah kini menghadirkan harapan baru dengan nilai ekonomi. Kami berharap kapasitas masyarakat makin kuat sehingga budidaya maggot berkembang luas, berkelanjutan, dan memberi manfaat bagi lingkungan sekaligus ekonomi warga,” ujar Mamit, Senin (22/9/2025).
Mamit menegaskan, kegiatan ini bagian dari dukungan PLN EPI
terhadap program Desa Berdaya Energi Gunungkidul sekaligus wujud komitmen perusahaan menjalankan prinsip Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG).
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Gunungkidul, Eko Suharso Prihantoro, menambahkan sekitar 60% sampah di wilayahnya berasal dari rumah tangga dan sisa makanan.
“Paradigma pengelolaan sampah harus berubah dari linear ke ekonomi sirkular. Program maggot BSF ini sejalan dengan Perda Nomor 14 Tahun 2020 dan bisa jadi contoh nyata bagaimana sampah bisa bernilai ekonomi,” jelasnya.
Acara ini diikuti 20 anggota Kelompok Wanita Tani Berkahing Bhumi dan Bank Sampah Ngupadi Rejeki Karangasem. Hadir juga narasumber Mulyanto Diharjo, Direktur Bank Sampah Induk Patriot Kota Bekasi sekaligus praktisi maggot BSF, yang berbagi pengalaman mengubah sisa dapur jadi produk bernilai jual.
Ketua Bank Sampah Ngupadi Rejeki, Riyanta, merasakan langsung manfaatnya.
“Sampah organik yang tadinya terbuang bisa diolah jadi pakan maggot kaya protein untuk lele dan ayam, sementara residunya jadi pupuk organik. Kami pastikan setiap bantuan ini bisa dimanfaatkan maksimal oleh masyarakat,” ujar Riyanta.
Kolaborasi PLN EPI, DLH, praktisi, dan warga ini diharapkan jadi contoh nyata sinergi dalam mengatasi masalah sampah, menciptakan peluang ekonomi baru, sekaligus mendukung TPB/SDGs 12 tentang konsumsi dan produksi berkelanjutan.