ABNnews – “Jangan Takut untuk Berbeda, karena kebenaran itu tidak bergantung pada banyaknya orang yang mengikutinya (Imam Syafi’i).
Hadis Rasulullah menyiratkan makna agar tidak takut untuk berbeda, terutama dalam hal ketaatan dan kebenaran.
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti saat ia dimulai. Maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim)
Hadis ini adalah salah satu landasan paling kuat bagi umat Islam agar tidak gentar menjadi minoritas atau berbeda dari mayoritas yang menyimpang.
Ketika Islam pertama kali muncul, para pengikut Nabi Muhammad saw hanya berjumlah sedikit di tengah masyarakat Mekah yang menyembah berhala. Mereka diasingkan, dicaci, dan disiksa karena menolak tradisi nenek moyang mereka.
Rasulullah saw memperingatkan bahwa pada suatu masa, kebenaran akan kembali dianggap aneh dan para pengikutnya akan sedikit jumlahnya.
Maka, berbahagialah orang-orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, meski dianggap aneh dan berbeda oleh mayoritas, justru adalah orang-orang yang beruntung di sisi Allah. Mereka adalah orang-orang yang teguh imannya saat banyak orang tergelincir.
Mengubah kemungkaran
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Hadis ini memerintahkan umat Islam untuk bertindak ketika menyaksikan kemungkaran, jika memiliki kekuasaan, gunakan kekuasaan tersebut untuk menghentikan kemungkaran, jika tidak memiliki kekuasaan, gunakan lisan untuk menasihati atau mengingkari kemungkaran, jJika semua cara tidak memungkinkan dan berisiko membahayakan diri, maka ingkarilah dengan hati, yaitu membenci perbuatan tersebut.
Hadis ini menegaskan bahwa bahkan ingkar di dalam hati adalah bentuk iman yang paling lemah.
Kesimpulannya, jangan takut untuk menjadi berbeda dalam Islam,
asalkan perbedaan tersebut didasarkan pada kebenaran dan ketakwaan kepada Allah SWT. Perbedaan pendapat dalam hal-hal ijtihadiyah (yang tidak ada dalil pasti) adalah suatu keniscayaan dan bahkan bisa menjadi rahmat, bukan perpecahan. Wallohua’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara