banner 728x250

Ganja Bisa Jadi Obat Kanker? Riset Awal Bikin Peneliti Kaget

Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

ABNnews – Penelitian soal ganja medis makin gencar dilakukan. Salah satu pertanyaan besar yang kini mencuat: apakah ganja bisa dipakai sebagai obat kanker?

Meski dulu sempat dicap berbahaya karena stigma “reefer madness”, kini para ilmuwan justru menemukan bukti awal yang cukup mengejutkan.


“Tidak diragukan lagi, ganja punya sifat antikanker. Masalahnya bagaimana menerjemahkan itu jadi terapi klinis dan inilah tantangan beratnya.” ” kata Wai Liu, peneliti senior di St George’s, University of London.

Ganja sendiri punya lebih dari 700 varietas, termasuk Cannabis sativa dan Cannabis indica. Di dalamnya terkandung ratusan senyawa aktif bernama kanabinoid yang berinteraksi dengan sistem endokanabinoid di otak pengatur nafsu makan, belajar, hingga rasa sakit.

Beberapa di antaranya cukup populer:
* THC (tetrahydrocannabinol): bikin efek “high”.

* CBD (cannabidiol): tak bikin high, tapi punya potensi medis.


Bahkan, versi sintetis dari THC sudah dibuat di laboratorium. Dua obat berbasis THC, dronabinol dan nabilone, sudah disetujui FDA di AS untuk mengatasi mual akibat kemoterapi.

Tapi apakah ganja benar bisa lawan kanker?

Hingga kini, penelitian masih di tahap pra-klinis alias diuji di sel laboratorium atau hewan. Hasil awal:
* Menghambat pertumbuhan sel kanker payudara pada tikus.

* Memperlambat kanker usus besar, prostat, dan kulit di uji sel.

* Merusak tumor lewat molekul reactive oxygen species.


Namun, tak selalu positif. Beberapa studi justru menunjukkan THC bisa memicu pertumbuhan tumor, tergantung dosis dan jenis kanker.

Menurut Dr. Mikael Sodergren dari Imperial College London, perbedaan besar terjadi antara hasil di cawan petri dengan terapi nyata pada manusia.

Studi pada manusia sejauh ini masih terbatas.
* 2006: THC disuntikkan langsung ke tumor otak 9 pasien glioblastoma. Hasilnya tumor melambat, tapi sampel terlalu kecil.

* 2021: 27 pasien diberi semprotan mulut berisi CBD + THC plus kemoterapi. Hasilnya, jumlah pasien yang masih hidup setelah setahun hampir dua kali lipat dibanding yang tidak pakai semprotan.

* Uji klinis lanjutan dengan 240 pasien kini berjalan, hasil baru keluar sekitar dua tahun lagi.


Meski terlihat menjanjikan, banyak pertanyaan besar tersisa: dosis ideal, cara pemberian, sampai interaksi dengan obat lain. Apalagi THC bisa bikin efek psikoaktif sehingga dosisnya harus sangat hati-hati.

Para dokter juga mengingatkan, masyarakat jangan gegabah.
“Data awal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk menolak terapi yang sudah terbukti efektif, seperti imunoterapi atau radioterapi,” tegas Dr. Brooke Worster dari Thomas Jefferson University.

Singkatnya, ganja belum bisa jadi pengganti pengobatan kanker. Tapi kalau riset ke depan berhasil, bukan tak mungkin ganja akan dipakai sebagai terapi pendamping bagi pasien kanker.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *