ABNnews — Matcha saat ini menjadi salah satu minuman populer di kalangan anak muda. Matcha banyak bukan hanya untuk mengikuti tren dan tampilannya yang menarik.
Minuman khas Jepang ini dibuat dari bubuk daun teh hijau yang digiling dengan halus ini memiliki kandungan nutrisi lebih maksimal dibandingkan teh lainnya.
Minuman ini juga memiliki segudang manfaat dan nutrisi di dalamnya. Beberapa nutrisi yang terkandung dalam matcha di antaranya adalah antioksidan (katekin) tinggi yang dapat mencegah penuaan dini dan berbagai penyakit kronis.
Namun kabar tak sedap soal minuman ini datang dari Amerika Serikat (AS). seorang wanita bernama Lynn Shazeen berakhir dirawat di rumah sakit karena Matcha.
Shazeen pertama kali mencoba matcha pada Mei 2025 dan langsung menjadi salah satu camilan dan minuman favoritnya. Tak hanya menikmati rasa dari matcha, wanita 28 tahun itu juga menyukai kandungan antioksidan yang tinggi pada matcha yang dapat meningkatkan kesehatan jantung, serta mengandung lebih sedikit kafein daripada kopi.
Wanita yang tinggal di Maryland, Amerika Serikat, itu mengaku matcha menjadi menu favorit mingguannya. Mengutip detikhealth, bahkan ia bisa minum matcha latte dua kali seminggu karena rasanya yang enak. Shazeen mengaku selalu memperhatikan kesehatannya. Sampai pada Juli 2025, ia merasa ada yang tidak beres dengan kesehatannya karena terus-menerus merasa kelelahan.
“Saya mengalami peningkatan rasa lelah, gatal, dan sering kedinginan. Selain itu, saya selalu mencatat statistik kesehatan di buku agenda. Jadi, begitu gejala-gejala tersebut meningkat, saya tahu sudah waktunya untuk memeriksakan diri,” terang Shazeen.
Shazeen langsung berkonsultasi ke dokter dan menjalani tes darah. Hasilnya membuatnya terkejut, karena ia mengalami anemia berat. Kondisi tersebut sebenarnya sudah Shazeen atasi, tetapi kecintaannya pada matcha malah memperburuk kondisinya. “Meskipun sebelumnya sudah menjalani beberapa infus zat besi, saya masih diberi resep pil zat besi dengan vitamin C,” tambahnya.
Setelah kadar zat besinya turun drastis pada Juli 2025, Shazeen mengaku tidak mengonsumsi matcha lagi sejak saat itu. Kini, ia lebih suka minum teh dan ingin membuat tubuhnya pulih lagi sampai merasa jauh lebih baik.
“Saya tahu efeknya, makanya saya disiplin minum sekali atau dua kali seminggu. Tapi, ternyata itu pun sudah banyak. Saya tidak bisa membayangkan mereka yang meminumnya (matcha) setiap detik. Energi saya kembali pulih dan rasa gatalnya berkurang drastis,” kata Shazeen.
Meski Shazeen merasa matcha memperburuk kondisi anemia yang diidapnya, ia tetap tidak melarang orang-orang untuk menikmati matcha. Asalkan mereka dapat mengonsumsinya dengan hati-hati.
Anemia merupakan kelainan darah yang menyebabkan rendahnya sel darah merah sehat yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kelelahan menjadi gejala utama dari anemia yang mudah dilihat.
Selain itu, gejala anemia lainnya yang bisa muncul, seperti nyeri dada, pusing, sering mengalami infeksi, sakit kepala, sesak napas, hingga palpitasi jantung.
Dr Parth Bhavsar menjelaskan matcha dapat bertindak sebagai ‘pengambil zat besi’. Artinya, mencegah zat besi memasuki aliran darah.
Dampaknya bisa sangat signifikan saat matcha dikonsumsi dalam jumlah banyak atau saat makan.
“Matcha adalah teh hijau bubuk yang mengandung polifenol, yang pada dasarnya mengikat zat besi di usus dan menghambat penyerapannya,” jelas Dr Bhavsar.
“Lebih banyak matcha yang dikonsumsi mendekati waktu makan mengakibatkan penyerapan zat besi yang lebih sedikit. Cara mudah untuk mengatasinya adalah menikmati matcha di sela waktu makan, atau memadukannya dengan makanan kaya zat besi dan vitamin C,” lanjutnya.
Menurut Dr Bhavsar, cara itu dapat meningkatkan penyerapan dan menangkal efek negatif matcha sampai batas tertentu.