ABNnews — Nama politisi muda Amerika Serikat (AS), Charlie Kirk menjadi trending topics di media sosial. Hingga Kamis (11/09) petang, namanya jadi perbincangan hangat netizen. Siapa Charlie Kirk?
Pria berumur 31 tahun itu dikenal sebagai aktivis konservatif Amerika Serikat sekaligus anak emas Donald Trump. Kirk membantu meningkatkan dukungan untuk Trump di kalangan pemilih muda saat Pilpres lalu.
Ia tewas ditembak saat menjadi pembicara di Universitas Utah Valley pada Rabu (10/09) waktu setempat, dalam sebuah diskusi yang membahas soal penembakan massal.
Kirk selama ini dikenal sebagai tokoh yang mendukung kepemilikan senjata api untuk warga sipil dan ironisnya dia tewas ditembak dengan senjata api.
Insiden tersebut bermula saat salah satu audiens bertanya soal penembakan massal. “Anda tahu berapa banyak transgender yang jadi penembak massal dalam 10 tahun terakhir,” kata dia, dikutip Al Jazeera. Kirk lalu menjawab, “Terlalu banyak.”
Berdasarkan data studi Hamline University tentang The Violence revention Project, 98 persen pelaku dari ribuan kasus penembakan di tempat publik di AS dilakukan oleh laki-laki.
Sementara itu, hanya dua persen perempuan yang terlibat menjadi pelaku penembakan di publik dan kurang dari 1 persen pelakunya adalah kaum transgender.
Peserta itu bergegas menimpali Kirk, “Anda tahu berapa banyak penembak massal yang ada di Amerika Serikat dalam 10 tahun terakhir?” “Termasuk atau tidak angka kekerasan gangster?” kata Kirk lagi.
Sesaat kemudian terdengar suara tembakan, dorrr… Kirk tertembak di bagian leher hanya dengan satu kali tembakan. Darah langsung menyembur dari lehernya. Audiens tersentak, mereka berteriak, berlari, semua dalam kondisi dipenuhi kepanikan.
Mantan anggota kongres Utah, Jason Chaffetz, yang hadir di acara tersebut, mengatakan kepada Fox News bahwa Kirk sedang menanggapi pertanyaan saat tertembak. Ia kala itu ditanya tentang penembak transgender dan penembak massal. “Di tengah-tengah itu, sebuah tembakan terdengar,” ujarnya.
Kirk kemudian dilarikan dengan tandu oleh petugas keamanannya. “Begitu tembakan itu dilepaskan, dia terjatuh. Semua orang jatuh terkapar… banyak orang mulai berteriak, lalu semua orang mulai berlari,” kata Chaffetz.
Sejurus setelah peristiwa, Donald Trump mengumumkan kematian Kirk. Ia menulis di platform Truth Social-nya menyebut “Charlie Kirk yang hebat dan bahkan legendaris, telah meninggal”.
Ia juga menuding kelompok kiri sebagai pelakunya. Menurutnya kematian Kirk adalah sejarah kelam AS. “Selama bertahun-tahun, kaum kiri radikal telah membandingkan orang Amerika yang hebat seperti Charlie dengan Nazi dan pembunuh massal serta penjahat terburuk di dunia,” kata Trump dalam sebuah video yang diunggah, masih di platform Truth Social.
“Retorika semacam ini secara langsung bertanggung jawab atas terorisme yang kita saksikan di negara kita saat ini, dan harus dihentikan sekarang juga,” katanya.
“Ini adalah momen kelam bagi Amerika. Pemerintahan saya akan menemukan setiap orang yang berkontribusi pada kekejaman ini, dan kekerasan politik lainnya, termasuk organisasi yang mendanai dan mendukungnya,” kata Trump, sembari meminta warga AS mengibarkan bendera setengah tiang.
Sejauh ini pihak berwenang belum menangkap tersangka dalam penembakan Kirk, yang digambarkan sebagai “serangan terarah” dalam pernyataan dari Departemen Keamanan Publik Utah. Penembak diyakini telah melepaskan tembakan dari atap gedung ke lokasi acara publik di halaman mahasiswa.
Dua pria ditahan sebentar dan dibebaskan setelah diinterogasi oleh petugas penegak hukum sementara perburuan berlanjut. Namun seorang pria, George Zinn, didakwa dengan tuduhan menghalang-halangi. “Keduanya tidak memiliki hubungan saat ini dengan penembakan tersebut,” kata pihak berwenang.
FBI telah memberikan informasi meminta semua orang yang memiliki foto atau video acara yang dihadiri Kirk bekerja sama dengan badan negara itu.