ABNnews – Istilah crazy rich belakangan ramai digunakan. Orang yang super kaya, memiliki kekayaan berlimpah. Memiliki bisnis, rumah, dan koleksi mobil mewah.
Gaya hidup mereka mewah. Ada yang memamerkan gaya hidup kelas atas. Ada yang menjuluki mereka crazy rich Surabaya, crazy rich Medan, crazy rich Bali, crazy rich Tanjung Priok.
Islam tidak melarang umatnya untuk kaya raya asal digunakan untuk kebaikan dan kekayaan diperoleh bukan dari hal-hal yang diharamkan aau dilarang Allah. Namun ada yang kaya raya, dibutakan oleh kekayaannya sendiri. Mereka lupa bahwa inti dari kekayaan adalah kaya hati.
Menurut Islam, kekayaan hati adalah kekayaan yang sesungguhnya, bukan harta benda, dan diukur dari sifat merasa cukup (qana’ah), sabar, pemaaf, pemurah, serta memiliki rasa aman dan kedamaian batin.
Kekayaan hati adalah kekuatan batin yang tidak akan hilang, menjauhkan seseorang dari perbudakan harta, dan memungkinkannya untuk menjadi pribadi yang bermanfaat serta disenangi orang lain.
Rasulullah pernah berpesan terkait hal ini kepada Abu Dzar:
يَا أَبَا ذَرّ أَتَرَى كَثْرَة الْمَال هُوَ الْغِنَى ؟ قُلْت : نَعَمْ . قَالَ : وَتَرَى قِلَّة الْمَال هُوَ الْفَقْر ؟ قُلْت : نَعَمْ يَا رَسُول اللَّه . قَالَ : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْب ، وَالْفَقْر فَقْر الْقَلْب
Artinya: Wahai Abu Dzar, apakah engkau menganggap bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya? Abu Dzar menjawab, Betul. Nabi bertanya lagi, apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir? Abu Dzar menjawab, betul ya Rasulullah. Lantas Nabi bersabda, sesungguhnya yang dinamakan kaya adalah kayanya hati sedangkan fakir adalah fakirnya hati (HR. Ibnu Hibban; shahih).
Dalam redaksi lain disebutkan:
عن أَبي هريرة – رضي الله عنه – ، عن النبي صلى الله عليه وسلم ، قَالَ لَيْسَ الغِنَى عَن كَثرَةِ العَرَض ، وَلكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ (متفقٌ عَلَيْهِ)
Artinya: Kaya itu bukanlah banyaknya harta. Namun kaya yang sebenarnya adalah kaya hati. (HR. Bukhari dan Muslim).
Merujuk pada kitab syarah Muslim li al-Nawawi, disebutkan bahwa kaya hati yang dimaksud adalah:
وَمَعْنَى الْحَدِيث : الْغِنَى الْمَحْمُود غِنَى النَّفْس وَشِبَعُهَا وَقِلَّة حِرْصهَا ، لَا كَثْرَة الْمَال مَعَ الْحِرْص عَلَى الزِّيَادَة ؛ لِأَنَّ مَنْ كَانَ طَالِبًا لِلزِّيَادَةِ لَمْ يَسْتَغْنِ بِمَا مَعَهُ فَلَيْسَ لَهُ غِنًى
Artinya: maksud hadits di atas adalah kaya yang terpuji adalah hati yang kaya dengan rasa cukup, dan menginginkan secukupnya, bukan memperbanyak harta disertai berlomba-lomba mencari dunia dengan berlebihan. Sebab seseorang yang berlebihan mencari dunia, ia tidak akan pernah merasa cukup, dan ini bukan dinamakan kaya.
Dikutip dari nu.or.id, dalam kitab al-Tadzkirah karya Al-Qurthubi menyebutkan bahwa sejatinya orang yang memerlukan (masih kurang) itu masuk kategori tidak kaya (faqir), meskipun ia memiliki harta melimpah. Sedangkan orang yang merasa cukup (atas pemberian) Allah, itulah orang yang kaya.
Orang kaya raya namun hatinya masih tertambat pada harta serta rakus terhadapnya, sesungguhnya ia masuk kategori miskin. Karena kaya berkaitan dengan karakter jiwa yang matang, maka setiap orang bisa menjadi kaya tanpa harus memiliki banyak harta.
Tinggal mengubahnya menjadi bersyukur, merasa cukup atas pemberian Allah, tidak bergantung kepada dunia, tidak suka meminta kepada sesama manusia, membantu kegiatan yang bermanfaat dan membiasakan menjadi dermawan. Wallohu a’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara