ABNnews — Hastag #Indonesiadaruratseblak mendadak viral di media sosial, menyusul unggahan seorang dokter di akun TikTok menuai perhatian.
Unggahan itu menceritakan kasus seorang remaja berusia 21 tahun yang mengalami nyeri perut hebat setelah mengaku hanya mengonsumsi seblak setiap hari.
Dokter umum asal Bandung Barat, dr. Mariska Haris, yang menangani pasien tersebut, membagikan percakapannya dengan sang remaja.
Dalam video, pasien mengaku makan seblak sekali hingga dua kali sehari, sementara asupan nasi bahkan sering dilewatkan.
Akibat pola makan tersebut, kondisi pasien memburuk hingga kehilangan nafsu makan dan lemas tidak mampu bangun dari tempat tidur.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran publik terkait kebiasaan makan remaja yang tidak sehat. dr Mariska seperti dikutip detikhealth menuturkan, pasien didiagnosis mengalami gastritis erosif atau peradangan pada lambung.
“Alhamdulilah diobservasi di saya 14 jam, sudah sehat bisa makan dan sudah pulang,” ucap dr Mariska.
Risiko makan seblak biasanya berasal dari bahan olahan beku, termasuk kerupuknya. Jadi, dr Mariska menyarankan agar mengganti topping seblak dengan bahan yang segar, seperti seafood atau sayuran. Sambal dalam seblak juga perlu dibatasi.
Makan seblak pada dasarnya tidak dilarang, tapi jangan berlebihan. dr Mariska juga menekankan penngya konsumsi nutrisi lengkap dan sembang. “Paling seblak boleh lah satu minggu sekali atau dua kali saja, dan tentu saja makan nasi tetap yang utama,” jelasnya.
Sementara itu, menurut ahli gizi dr Tan Shot Yen, bahan utama seblak, yaitu kerupuk bukan hanya tidak bernutrisi, tapi mengandung garam yang tinggi.
“Masalah seblak ini kan ada di bahan utamanya, kerupuk. Kerupuk bukan hanya terbuat dari tepung yang miskin gizi, tetapi juga tinggi garam,” sebut dr Tan.
Alhasil, masyarakat Indonesia kini banyak terjebak dengan jajanan-jajanan tidak sehat, termasuk gorengan. “Konsumen seblak biasanya juga bukan pemakan menu sehat. Jadi akumulasi pangan amburadul membuat masalah gizi jangka panjang,” tutur dr Tan.
Seblak, makanan khas Bandung, kini menjadi camilan favorit banyak orang, terutama perempuan, baik remaja maupun dewasa. Sensasi kenyal, pedas, dan hangat yang ditawarkan memang membuat ketagihan.
Namun, di balik kelezatan tersebut, seblak menyimpan berbagai risiko kesehatan yang sering kali diabaikan. Secara umum, seblak terbuat dari kerupuk yang direndam, kemudian dimasak dengan bahan tambahan seperti mie, makaroni, sosis, bakso, dan olahan seafood seperti cikuwa.
Tidak sedikit penggemar seblak yang menikmatinya dengan level pedas ekstrem, tanpa menyadari bahwa kombinasi bahan dan tingkat kepedasan tinggi dapat berdampak buruk jika dikonsumsi terlalu sering.