banner 728x250

10 Orang Tewas Terkait Aksi Demonstrasi di Indonesia

Ilustrasi. (Foto: istimewa)

ABNnews — Korban jiwa saat demonstrasi pada 28 Agustus hingga 2 September 2025 di berbagai kota di Indonesia kian bertambah. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat setidaknya ada 10 korban tewas dalam demo di berbagai kota.

Ketua Komnas HAM Anis Hidayah mengatakan data itu dihimpun berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan. Awalnya, Anis menyebut ada 11 orang yang meninggal dunia, namun dikoreksi kembali karena ada korban yang ternyata masih di rumah sakit.

“10 (korban jiwa) ya, yang satu orang Makassar masih dirawat di rumah sakit,” kata Anis, saat konferensi pers di Kantor Komnas HAM RI, Selasa (02/09).

Jakarta
Salah satu korban yang tercatat yakni Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojek online (ojol). Affan tewas dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di kawasan Jakarta Pusat pada Kamis malam, 28 Agustus 2025.

Selain Affan, siswa asal Desa Pematang, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, meninggal saat ikut demonstrasi menuntut pembubaran DPR di kawasan gedung DPR pada 28 Agustus 2025.

A, (16), siswa kelas 11 di SMK Negeri 14 itu sempat dirawat intensif di RS Dr Mintoharjo, Jakarta, sebelum meninggal.

Menurut Sugiono, Ketua RT rumah A di Puri Bidara Permai, tim medis menjelaskan bahwa A terluka berat di kepala akibat benturan benda tumpul.

Keluarga sepakat tak melanjutkan kasus ini ke jalur hukum. Orang tua A menyatakan menerima kematian putranya.

Makassar
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar menyebutkan terdapat empat orang tewas dalam aksi unjuk rasa pada Kamis malam, 28 Agustus 2025.

Tiga di antaranya tewas dalam kebakaran di kantor DPRD Kota Makassar. Yakni Syaiful Akbar, Muhammad Akbar Basri, dan Sarinawati.

Sedangkan satu lainnya,  Rusdamdiansyah, tewas dikeroyok massa lantaran diduga sebagai intel aparat. Rusdamdiansyah dikeroyok di Jalan Urip Sumoharjo, depan Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Yogyakarta
Demonstrasi di Yogyakarta berujung tewasnya Rheza Sendy Pratama, mahasiswa semester V Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta. Rheza meninggal dalam kericuhan di kawasan Ring Road Utara, depan Markas Polda Yogyakarta, Ahad pagi, 31 Agustus 2025.

Ayah Rheza, Yoyon Surono menemukan sejumlah luka saat memandikan jasad putranya. “Tadi ikut mandiin. Sini (menunjuk leher kiri) itu kayak patah apa gimana. Terus sini (menunjuk bagian perut kanan) itu bekas pijak kaki-kaki bekas PDL sepatu,” terangnya.

Solo
Aksi demonstrasi berujung kerusuhan di Solo, Jawa Tengah, yang terjadi pada Jumat malam, 29 Agustus 2025, merenggut nyawa Sumari, 60 tahun. Dia seorang tukang becak yang sehari-hari mangkal di kawasan Pasar Gede.

Pria asal Pacitan, Jawa Timur, itu ditemukan dalam kondisi lemas di dekat gedung parkir Ketandan ketika terjadi bentrok massa dan polisi di Bundaran Gladak.

“Korban sempat duduk, lalu muntah sambil memegangi dada. Kami bersama warga membawanya ke RSUD Dr Moewardi, tapi nyawanya tidak tertolong,” kata Aipda Rudy Ardhiawan, Bhabinkamtibmas Sudiroprajan.

Keluarga mengatakan Sumari memiliki riwayat penyakit jantung dan asma. Namun warga sekitar menduga paparan gas air mata yang terbawa angin hingga Pasar Gede ikut memperburuk kondisi kesehatannya. Sejumlah video yang beredar memperlihatkan warga mengevakuasi tubuhnya dengan becak motor.

Papua Barat
Septinus Sesa tewas saat aksi blokade di kawasan Wirsi dan Jalan Yosudarso, Manokwari, Kamis malam, 28 Agustus 2025.

“Atas nama Polda Papua Barat dan jajaran, kami turut berduka cita atas meninggalnya almarhum Pak Sesa. Saya juga sudah menyampaikan langsung kepada pihak keluarga,” ucap Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Johnny Edison Isir menyampaikan belasungkawa di Manokwari, Jumat, 29 Agustus 2025.

Ia membantah kabar yang menyebut Septinus meninggal akibat gas air mata. Ia mengklaim, alat pengendali massa itu tidak bersifat mematikan.

Ia mengatakan pihaknya akan menyelidiki penyebab kematian Septinus Sesa dan menegaskan bahwa hasil penyelidikan akan dibuka ke publik dan keluarga korban.

Semarang
Mahasiswa Unversitas Negeri Semarang, Iko Juliant Junior, tewas di Rumah Sakit Kariadi pada Ahad siang, 31 Agustus 2025. Iko mengalami luka dalam hingga kritis. Dalam kondisi tak sadar, Iko mengigau meminta ampun agar tak dipukuli.

Berdasarkan kronologi yang disusun Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Hukum Unnes, Iko berangkat ke kampus mengendarai sepeda motor pada Sabtu, 30 Agustus 2025, pukul 17.00. Dia mengenakan baju PDH DPM Unnes dan membawa jas almamater di ransel.

Menjelang malam, Iko telah sampai di rumah. Kemudian pukul 23.00, Iko dijemput oleh temannya. Keduanya berangkat ke Polda Jawa Tengah untuk menjemput teman mereka yang ditahan setelah unjuk rasa. “Belum diketahui apakah mereka sampai di Polda Jawa Tengah atau tidak,” kata perwakilan IKA FH Unnes, Naufal Sebastian, pada Selasa, 2 September 2025.

Berdasarkan penelusuran IKA FH Unnes, Iko diantar ke RS Kariadi dalam kondisi kritis oleh  polisi pada pukul 11.00, Ahad, 31 Agustus 2025. Iko mengalami kerusakan di bagian organ dalam.

Dokter mengarahkan agar Iko dioperasi dan keluarga menyetujui. “Dalam kondisi tak sadar dia mengigau meminta tolong agar tak dipukuli,” ucapnya.

Iko meninggal pada hari yang sama pada pukul 15.30. Iko Juliant Junior dimakamkan keesokan harinya.

Berdasarkan foto wajah korban, Naufal mengatakan Iko mengalami lebam di mata dan bibir sobek. “Kami mau minta keterangan dari orang yang memandikan korban.”

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah, Kombes Artanto belum menanggapi upaya konfirmasi soal kematian Iko Julian Junior.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *