ABNnews – Tiga indikator ekonomi makro Indonesia kembali mencatatkan tren positif. Inflasi Agustus 2025 tetap terkendali, PMI Manufaktur kembali ke zona ekspansi, dan neraca perdagangan melanjutkan surplus selama 63 bulan berturut-turut.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Agustus 2025 justru mencatat deflasi 0,08% (mtm). Secara tahunan, inflasi tercatat 2,31% (yoy) atau masih berada dalam rentang sasaran 2,5±1%. Inflasi inti juga stabil di 2,17% (yoy), menandakan daya beli masyarakat tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.
Deflasi Agustus dipicu harga pangan yang turun, terutama tomat dan cabai rawit akibat panen raya. Tekanan harga juga mereda pada kelompok Administered Price yang mencatat deflasi 0,08% (mtm), dipengaruhi penurunan harga bensin nonsubsidi serta diskon tiket pesawat dalam rangka HUT RI ke-80.
Pemerintah lewat Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) menegaskan terus menjaga pasokan beras dan mempercepat penyaluran SPHP hingga 1,3 juta ton sampai akhir tahun.
“Stimulus ekonomi juga tetap diberikan, termasuk diskon transportasi yang akan kembali digulirkan saat Nataru,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dari sisi perdagangan, neraca dagang Juli 2025 kembali surplus USD 4,17 miliar, naik 1,71% dari bulan sebelumnya. Surplus ditopang ekspor yang tumbuh 5,6% (mtm) ke level USD 24,75 miliar, lebih tinggi dari impor USD 20,57 miliar.
Peningkatan ekspor didorong komoditas utama seperti batu bara, sawit, karet, dan juga produk manufaktur bernilai tambah seperti kendaraan, mesin, dan alas kaki.
Sementara itu, PMI Manufaktur Indonesia Agustus 2025 kembali ke zona ekspansi dengan indeks 51,5, naik signifikan dari 49,2 di bulan sebelumnya. Ini menandai pertama kalinya dalam 5 bulan terakhir output dan pesanan baru tumbuh, termasuk pesanan ekspor tertinggi sejak September 2023.
“Kembalinya PMI manufaktur ke zona ekspansi menunjukkan optimisme pelaku usaha semakin kuat, sejalan dengan daya beli yang terjaga dan mendukung pertumbuhan produksi,” kata Airlangga.
Ke depan, pemerintah mengaku akan menjaga momentum positif ini lewat kebijakan Kredit Industri Padat Karya serta penguatan permintaan domestik, termasuk lewat program Harbolnas.