banner 728x250

Bukan dari Garda Indonesia, Siapa Orang-orang Beratribut Ojol yang Ditemui Gibran?

Gibran bertrmu dengan sejumlah orang beratribut ojol. (Foto: istimewa)

ABNnews — Pertemuan Wakil Presiden, Gibran Rakabuming dengan sejumlah perwakilan pengemudi ojek online (Ojol) di Istana Wakil Presiden pada Minggu (31/08) lalu, masih menjadi sorotan publik. Padahal orang-orang yang ditemui Gibran mengenakan seragam dari platform transportasi daring, seperti Gojek, Grab, Maxim, dan inDrive.

Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Online (Ojol) Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono memastikan, orang-orang beratribut ojol yang ditemui Wapres bukan bagian dari pihaknya.

“Enggak kenal. Enggak ada yang mengetahui dari kelompok mana mereka mewakili siapa,” kata Igun seperti dikutip dari cnnindonesia pada Selasa (02/09).

“Karena yang pasti terlembaga, ya kami sebagai asosiasi kami terlembaga dan terdaftar pada negara maupun pemerintah Republik Indonesia. Dan kami saksi mata langsung (insiden yang menimpa Affan Kurniawan),” ujar Igun.

Menanggapi hal itu, Igun menilai pertemuan itu janggal karena tidak ada koordinasi sebelumnya dengan asosiasi. Menurutnya, Setwapres terkesan langsung menghadirkan kelompok yang mengaku mewakili ojol, padahal tidak pernah berada di lokasi tragedi.

“Mereka tidak pernah ada di lokasi. Kelompok ini tidak pernah ada di lokasi atau orang-orang tersebut tidak pernah ada di lokasi, karena kami pada saat peristiwa itu terjadi kami memang yang ada di lokasi. Hingga dijalankannya otopsi jenazah di RSCM dan sampai selesai kami terus mengawalnya,” ujarnya.

Kekecewaan juga dirasakan para pengemudi ojol yang menilai pertemuan di Istana Wapres tidak benar-benar mewakili mereka. Igun menyebut muncul pertanyaan besar ketika ada pihak yang tiba-tiba hadir bersama Gibran tanpa keterlibatan asosiasi resmi.

“Jadi yang beredar di rekan-rekan ojol adalah kawan-kawan ini kecewa apalagi melihat ada kelompok yang tidak pernah mewakili ojek online tiba-tiba bersama wapres. Apakah ini adalah sebuah rekayasa atau settingan untuk memanfaatkan kejadian tragedi meninggalnya Affan Kurniawan untuk mencari simpati dengan mengundang ojol atau orang beratribut ojol yang kami tidak tahu itu ojol atau bukan,” kata Igun.

Igun menyebut langkah Sekretariat Wapres ceroboh karena memberi ruang kepada pihak yang tidak memiliki keterlibatan langsung dalam tragedi Affan. Menurutnya, hal ini bisa menimbulkan disinformasi dan kesalahpahaman publik.

“Nah ini harus diketahui oleh publik bahwa kecerobohan ini tidak bisa kita terima. Karena pastinya akan menimbulkan kesalahan informasi atau disinformasi,” imbuh Igun.

Igun juga menolak anggapan pertemuan di Istana Wapres berhasil meredam kemarahan para pengemudi ojol. Ia menilai langkah Setwapres justru memperkeruh suasana karena menghadirkan pihak yang tidak jelas mewakili siapa.

“Tidak. Jadi kami menilai inilah kecerobohan dari Setwapres. Dengan mengundang pihak yang tidak diketahui siapa oleh ojek online,” ujarnya.

Menurut Igun, langkah itu hanya menambah opini negatif di kalangan pengemudi dan seolah-olah sudah ada perdamaian, padahal proses hukum atas tragedi Affan Kurniawan belum tuntas dan olah TKP pun belum dilakukan. Ia menyebut narasi damai yang ditampilkan sebagai bentuk pengalihan dari peristiwa sebenarnya.

Ia kemudian meminta Gibran melibatkan asosiasi resmi pengemudi ojol jika ingin berdialog.

“Kami enggak ngerti apa motifnya atau tujuannya, tapi yang pasti nih tidak ada koordinasi antara Sekretariat Wapres dan wapres terhadap kami sebagai lembaga. Kami ini lembaga, bukan perorangan,” katanya.

Hasil Pertemuan dengan Gibran
Diketahui, video momen pertemuan Wapres dan sejumlah orang mengenakan atribut ojol itu dibagikan oleh akun resmi Sekretariat Wakil Presiden RI di Instagram. Video itu memperlihatkan suasana santai namun serius antara Gibran dan sejumlah orang beratribut ojol.

Salah satu perwakilan yang diwawancara menyampaikan bahwa pertemuan tersebut banyak diisi dengan masukan dari pihak driver kepada Wapres.

“Alhamdulillah tadi pertemuannya lebih banyak kita yang meminta dan kasih masukan ke pak Wapres. Alhamdulillah kita sefrekuensi yah untuk permasalahan yang saat ini terjadi,” ujar pria yang mengenakan jaket ojol rapi dan bersih dalam video.

Ia juga meminta pemerintah untuk bertindak cepat menanggapi situasi yang berkembang, karena keresahan publik dan aksi unjuk rasa turut berdampak pada penghasilan para driver.

“Kita juga minta ke pihak pemerintah untuk lebih cepat mengkondisikan keadaan ini. Karena terus terang kami teman-teman ojek online, terganggu dengan mata pencaharian. Jumlah penumpang menurun, rasa was-was juga tinggi,” jelasnya.

Tak hanya itu, sang perwakilan juga menyampaikan bahwa pihak komunitas ojol telah mengedukasi rekan-rekan mereka agar tidak mudah terprovokasi dan menjaga ketertiban di tengah situasi yang memanas.

“Kami juga sudah memberikan edukasi kepada para taruna di wilayah masing-masing untuk tidak ikut serta dan terprovokasi dari demo kemarin,” tambahnya.

Namun, alih-alih menuai pujian, video tersebut justru memicu kecurigaan dari publik. Banyak warganet mempertanyakan apakah sosok dalam video benar-benar merupakan driver ojol aktif.

Netizen menyoroti penampilannya yang terlalu “bersih” untuk seseorang yang bekerja di lapangan sepanjang hari. Jaket ojol yang dikenakan pun terlihat seperti baru.

Selain itu, istilah yang dipakai dalam wawancara seperti “taruna” dinilai terlalu formal dan tidak lazim digunakan oleh pengemudi ojol biasa. Taruna sendiri biasanya digunakan untuk abdi negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *