ABNnews — Pertemuan perdana Majelis Cendekiawan Madani Malaysia-Indonesia (Madani Malindo) yang digelar pada Jumat (22/08) hingga Minggu (24/08) di Kompleks Institute for Advanced Islamic Studies (IAIS), Petaling Jaya, Kuala Lumpur, berakhir sukses.
Pertemuan majelis 99 tokoh cendekiawan, yang terdiri dari 59 perwakilan Malaysia dan 40 perwakilan dari Indonesia itu, menghasilkan Deklarasi Madani Malindo.
Kabar tersebut disampaikan Chairman of Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Prof. Dr. M. Din Syamsuddin. Ia mengungkap, pertemuan Madani Malindo diprakarsai dan diselenggarakan bersama antara Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM) dan CDCC Indonesia.
“Madani Malindo 1 berlangsung sukses, paling tidak telah mempertemukan kaum cendekiawan dari dua negeri serumpun dalam jalinan silaturahmi dan silatulfikri yang positif konstruktif,” kata Din Syamsuddin dalam keterangan, Minggu (14/08).
“Pertemuan diawali dengan Sholat Jum’at dan makan siang bersama PM Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim di Masjid Putra Jaya. Kemudian diakhiri dengan pertemuan bersama Timbalan Menteri Ugama Malaysia, Dato’ Dr. Zulkifli Hasan, yang berlanjut dengan jamuan makan malam bersama,” paparnya.
Dalam sambutan di acara pembukaan maupun penutupan, Din Syamsuddin menegaskan bahwa wawasan Madani baik untuk masyarakat maupun negara. Dia mengatakan, wawasan Madani dapat ditawarkan sebagai solusi terhadap dunia yang mengalami kerusakan dewasa ini dan membawa ketakpastian serta ketidakteraturan.
“Wawasan ini telah terbukti dalam sejarah baik pada Nabi Muhammad SAW, maupun pada masa kejayaan Islam antara Abad 9 dan 11 Masehi. Perwujudannya pada masa modern menuntut upaya kontekstualisasi dan reaktualisasi dengan memadukan antara tradisi dan modernitas,” katanya.
Dalam kaitan inilah, lanjut Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini, dunia Islam harus tampil dengan strategi peradaban baru, dan itulah peradaban madani (al-hadharat al-madaniyyah). “Wawasan ini akan dimantapkan perumusannya pada Madani Malindo 2 di Jakarta tahun depan,” katanya.
Lebih jauh Din mengungkap, selain berjumpa Dato Seri Anwar Ibrahim, yang diharapkan bersama Presiden RI Prabowo Subianto dapat menggerakkan dunia Islam ke arah kebangkitan dan kemajuan, Delegasi Cendekiawan Muslim Indonesia secara kebetulan (tanpa rencana) diterima berkunjung ke kediaman Tun Mahathir Muhammad.
“Pada kesempatan pertemuan singkat itu Delegasi mendapat pencerahan tentang potensi Indonesia dan Malaysia menjadi penggerak kebangkitan dan kemajuan dunia Islam,” kata dia.
“Delegasi Indonesia berharap agar para pemimpin ataupun tokoh umat Islam, khususnya di Indonesia dan Malaysia, dapat bersatu hati dan pikiran serta menghilangkan sengketa dan syak wasangka di antara mereka,” ucap Din Syamsuddin.
Adpun pada pertemuan perdana Majelis Cendekiawan Madani Malaysia-Indonesia tersebut, delegasi Indonesia, yang dipimpin Ketua CDCC Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, terdiri dari 40 tokoh cendekiawan Muslim antara lain Prof. Dr. Amin Abdullah, Dr. Hidayat Nurwahid, Dr. Lukman Hakim Saifuddin, Drs. Hajriyanto Y Thohari.
Kemudian Dr. Anwar Abbas, Prof. Dr. Sudarnoto A Hakim, Prof. Dr. R. Siti Zuhro, Dr. Sabriati Aziz, dr. Salmah Bayinah, Dr. Syifa Fauzia, Dra. Marfuah Mustofa, Dr. Nurhayati Assegaf, Dr. Ahmad Suaidi, Prof. Dr. Syafiq A Mughni, Dr. Amirsyah Tambunan, Prof. Dr. Fasli Jalal, Dr. Ahmad Rifai Hasan.
Serta sejumlah Ketua/Tokoh Organisasi Islam Tingkat Pusat seperti NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, Persis, Al-Irsyad, ICMI, Wahdah Islamiyah, Mathlaul Anwar, Al-Ittihadiyah, Hidayatullah, Dewan Masjid Indonesia, DDII, IKADI, Ikatan Saudagar Muslim Indonesia, Al-Khairat, Aisyiah, Wanita Islam, Wanita Hidayatullah, BKMT, dan Ma’arif Institute serta CDCC.