banner 728x250

Absen di Istana, Megawati Pilih Jadi Inspektur Upacara HUT Ke-80 RI di Sekolah Partai PDIP

Megawati saat menjadi Inspektur Upacara HUT Ke-80 Kemerdekaan RI di Sekolah Partai PDIP. (Foto: istimewa)

ABNnews — Mantan Presiden ke-6 dan ke-7 RI,  Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, ikut hadir di Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (17/08). Namun Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri absen.

Terkait hal itu, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan, Megawati memperingati HUT ke-80 RI di Sekolah Partai PDIP karena ingin merayakan bersama para kader dari tingkat pengurus partai hingga satuan tugas PDIP.

Hasto mengatakan, Megawati akan menjadi inspektur upacara HUT RI di Sekolah Partai PDIP, sementara mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Kepala Badan Penanggulangan Bencana Pusat PDIP Letjen TNI (Purn) Ganip Warsito sebagai komandan upacara.

Sementara saat jadi Inspektur Upacara HUT ke-80 RI, Megawati berpesan kepada kader PDIP, bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah sebuah hadiah.  Kemerdekaan adalah hasil cucuran darah pejuang.

“Hari ini di usia 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia, kita berkumpul bukan hanya untuk merayakan, tetapi juga untuk merenungkan makna kemerdekaan yang sesungguhnya,” kata Megawati dalam amanatnya.

“Kemerdekaan yang kita nikmati ini bukanlah hadiah. Sekali lagi, bukanlah hadiah. Sekali lagi, bukanlah hadiah. Ia adalah hasil cucuran darah, keringat, dan air mata para pendidik bangsa, para pejuang dan para syuhada kemerdekaan yang mengorbankan segalanya demi Merah Putih agar berkibar di langit nusantara,” tambahnya.

Presiden ke-1 Sukarno, kata Megawati, pernah mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan jasa pahlawannya. Ia pun menegaskan kader PDIP untuk menjaga api kemerdekaan tetap menyala.

“Maka saya tegaskan, tugas kita sebagai kader PDI Perjuangan adalah menjaga api kemerdekaan agar tetap menyala. Tidak pernah padam oleh dorongan kepentingan pribadi maupun golongan, tidak goyah oleh godaan kekuasaan dan tidak tunduk pada politik yang mengkhianati rakyatnya sendiri,” ucapnya.

Megawati menegaskan kemerdekaan bukan titik akhir perjuangan bangsa Indonesia, melainkan sebuah jembatan emas. Sebagaimana, kata dia, dikatakan dalam karya Sukarno, ‘Mencapai Indonesia Merdeka’, pada 1933.

“Seberang jembatan itu terbentang dua jalan. Satu menuju dunia keselamatan dan kesejahteraan rakyat marhaen, dunia yang sama rasa, sama bahagia dan satu lagi menuju dunia kesengsaraan rakyat marhaen, dunia yang sama rata, sama tangis. Pilihan jalan itu ada di tangan kita semua,” tuturnya.

Dia mengatakan tanggung jawab adalah memastikan bangsa Indonesia harus memilih melangkah di jalan keselamatan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

“Kemerdekaan juga merupakan pintu gerbang untuk membangun kehidupan berbangsa yang berdaulat dalam bidang politik, berdiri di atas kaki sendiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” ujarnya.

LMegawati juga berpesan kepada kader untuk tidak hanya mengikuti arus. Dia menyebut PDIP harus menjadi garda terdepan. “PDI Perjuangan harus menjadi selalu garda terdepan di dalam menghadapi tantangan ini. Jangan sekali-kali kita menjadi partai yang hanya ikut arus. Jangan hanya berani bicara saat kampanye, tetapi diam jika rakyat masih menderita,” ujar Megawati.

Dia mengatakan PDIP adalah partai ideologis, partai rakyat marhaen, seorang petani yang selalu mendambakan supaya bisa hidup secara adil dan makmur.

“Hari ini saya perintahkan kepada seluruh kader partai, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Satu, jadikan Pancasila bagai bintang penuntun dalam setiap kebijakan, bukan sekadar hiasan hidup belaka,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *