ABNnews – Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memprediksi perputaran dana judi online (judol) bisa menembus Rp 1.100 triliun di akhir 2025, jika tak ditangani serius. Angka ini melonjak 206% dari realisasi tahun lalu.
Ketua PPATK Ivan Yustiavandana mengungkapkan prediksi mengejutkan ini dalam acara “Strategi Nasional Memerangi Kejahatan Finansial”, Selasa (5/8/2025). Namun, Ivan optimistis, tren bisa ditekan secara radikal.
“Saya ditanya lagi prediksi akhir 2025, ya bisa Rp 1.100 triliun. Tapi kalau kita sikat situsnya, sikat rekeningnya, bisa anjlok drastis,” ujar Ivan.
Ivan mengakui maraknya akses digital jadi pemicu utama suburnya judi online. Meski begitu, upaya intervensi sudah dilakukan pemerintah mulai dari pemblokiran situs hingga rekening yang terindikasi terlibat dalam aktivitas judol.
Hasilnya? PPATK mencatat perputaran dana judol berhasil ditekan ke Rp 359 triliun di 2024. Padahal prediksi awalnya mencapai Rp 981 triliun. Meski menurun dari prediksi, angka itu masih naik sekitar 10% dari tahun sebelumnya (Rp 327 triliun).
Menariknya, semester I 2025 menunjukkan hasil positif. “Semester I ini hanya Rp 99 triliun. Artinya tren menurun,” kata Ivan.
Target pemerintah berikutnya adalah menekan lebih dalam, bahkan sampai memangkas akses publik hingga 50%. Tujuannya, agar deposito masyarakat terkait judol bisa anjlok ke Rp 34 triliun saja.
“Kalau tekanan ditambah, jomplang. Dia bisa minus. Ini salah satu upaya kita untuk melindungi masyarakat umum dari bahaya judi online,” jelas Ivan.