ABNnews – Ekonomi global lagi goyang. Ketegangan geopolitik dan kebijakan tarif dari berbagai negara bikin pasar dunia makin tak menentu. Nilai tukar bergejolak dan harga komoditas rentan melonjak. Indonesia pun harus siaga menjaga stabilitas ekonomi.
Pemerintah tak tinggal diam. Sejumlah langkah strategis digeber untuk menjaga daya tahan ekonomi. Di level global, Indonesia berhasil negosiasi tarif dagang dengan Amerika Serikat dan mendapatkan tarif resiprokal 19%, lebih rendah dibanding negara peers. Selain itu, kesepakatan IEU-CEPA dengan Uni Eropa juga rampung, membuka akses pasar baru bagi produk RI.
“Di dalam negeri, kami dorong daya beli dan investasi lewat berbagai stimulus. Salah satu kunci penting adalah Local Currency Transaction (LCT),” ujar Deputi Kemenko Perekonomian Ferry Irawan, yang juga menjabat Ketua Satgasnas LCT, dalam rapat di Kantor BI, Jumat (25/7).
LCT atau transaksi mata uang lokal kini jadi senjata andalan RI buat memperkuat ekonomi. Per Mei 2025, nilai transaksi LCT tembus USD9,4 miliar, atau sudah lebih dari 50% dari total sepanjang 2024. Ini jadi sinyal kuat bahwa LCT bukan cuma sekadar teknis, tapi sudah menyatu dalam sistem transaksi internasional RI.
BUMN Diminta Gaspol Pakai Mata Uang Lokal
Ferry menegaskan, BUMN punya peran vital dalam memperluas adopsi LCT. “Transaksi BUMN di luar negeri sangat besar. Kalau pakai mata uang lokal, mereka bisa hemat biaya, bantu stabilkan kurs, dan jaga keuangan tetap sehat,” jelasnya.
Namun saat ini, baru sedikit BUMN yang aktif gunakan LCT. Karenanya, Ferry minta kementerian pembina lebih aktif dorong entitas BUMN strategis agar menjadikan LCT bagian dari strategi bisnis, bukan cuma opsional.
Sektor energi, manufaktur, minerba, pangan-pupuk, hingga logistik jadi andalan transaksi BUMN dengan LCT. Nama-nama besar seperti Pertamina dan PLN bahkan disebut sebagai pengguna aktif dengan transaksi signifikan.
Pertemuan Komite Kerja Satgasnas LCT juga menyepakati langkah ke depan. Fokusnya di tiga pilar utama: Sinergi, Insentif, dan Sosialisasi. Tiap kementerian/lembaga (K/L) diminta menyelaraskan program, tukar data, dan susun insentif menarik agar lebih banyak pelaku usaha, termasuk BUMN, terlibat dalam ekosistem LCT.
Salah satu hasil rapat, yakni akan disusun pedoman teknis bersama dan materi sosialisasi standar, supaya tiap K/L bicara dengan narasi yang sama ke publik dan mitra internasional.
“Sinergi ini penting agar LCT benar-benar kuat secara sistemik, bukan jalan sendiri-sendiri,” tegas Ferry.
Kemenko Perekonomian optimistis, LCT akan jadi tumpuan baru ekonomi RI. Apalagi kini kerja sama LCT diperluas ke negara mitra seperti Korea Selatan dan Uni Emirat Arab. LCT juga mulai masuk ke ranah investasi portofolio dan transaksi digital ritel.
“Momentum ini jangan sampai lepas. Kalau BUMN makin aktif pakai LCT, kita bukan hanya jaga stabilitas ekonomi, tapi juga bangun kedaulatan ekonomi jangka panjang,” tutup Ferry.