ABNnews — Demensia adalah gangguan kesehatan yang menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir logis, dan fungsi kognitif lainnya. Kondisi ini dapat berdampak buruk pada aktivitas sehari-hari dan interaksi sosial penderitanya.
Jenis demensia yang paling sering ditemukan adalah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Penyakit Alzheimer terjadi akibat penumpukan protein abnormal di otak yang mengganggu fungsi sel saraf.
Sementara itu, demensia vaskular seperti dikutip dari laman web kesehatan, adalah jenis demensia akibat gangguan pada pembuluh darah otak.
Meski sering dianggap sebagai bagian dari proses penuaan, demensia sebenarnya merupakan gangguan pada fungsi otak. Pikun memang wajar terjadi seiring bertambahnya usia, tetapi demensia menyebabkan gangguan yang jauh lebih berat dari sekadar mudah lupa.
Penyebab Demensia
Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf dan pembuluh darah di otak sehingga otak tidak dapat berfungsi dengan baik.
Selain karena gangguan saraf dan pembuluh darah di otak, demensia juga dapat disebabkan oleh kelainan sistem imun, gangguan metabolisme atau endokrin, multiple sclerosis, Kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti kekurangan vitamin B1.
Subdural hematoma (perdarahan di bawah selaput otak), efek samping obat-obatan tertentu, misalnya obat penenang dan obat pereda nyeri, serta tumor otak.
Faktor Demensia
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia, terutama kebiasaan hidup yang tidak sehat dan bertambahnya usia. Diantaranya, riwayat keluarga dengan demensia, pola makan tidak sehat, kurang berolahraga, kebiasaan merokok, kecanduan alkohol dan paparan logam berat dalam jangka panjang, seperti merkuri atau arse, serta penggunaan gabapentin (obat keras antikonvulsan dan pereda nyeri).
Gejala Demensia
Gejala demensia umumnya berupa penurunan daya ingat dan perubahan kemampuan berpikir, berbicara, atau beraktivitas. Tingkat keparahan dan gejala yang muncul berbeda-beda pada tiap penderita.
Berdasarkan tingkat keparahannya, berikut adalah gejala demensia:
Tahap awal
Pada tahap ini, gejala masih ringan dan biasanya belum terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala yang muncul antara lain, mudah lupa, sulit menemukan kata yang tepat saat berbicara. Sering mengulang aktivitas yang sama tanpa disadari. Mulai kesulitan melakukan aktivitas yang biasanya mudah dilakukan. Tersasar di tempat yang sebelumnya sudah sering dikunjungi.
Tahap menengah
Gejala demensia pada tahap menengah mulai menyebabkan penderitanya kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Antara lain, kesulitan melakukan aktivitas dasar sehari-hari, seperti berpakaian, makan, dan mandi secara mandiri. Mudah melupakan informasi yang baru diketahui. Sering lupa nama anggota keluarga atau teman dekat. Kesulitan membuat keputusan dan memecahkan masalah. Sering tersasar. Sering mengulang pembicaraan dan Melupakan kenangan masa lalu
Tahap akhir
Pada demensia tahap akhir, penderita sudah mengalami demensia berat sehingga ia tidak dapat hidup mandiri. Gejalanya bisa berupa tidak mampu berjalan atau duduk. Tidak mengenali anggota keluarga. Tidak bisa memahami atau menggunakan bahasa.
Diagnosis Demensia
Untuk mendiagnosis demensia, dokter akan melakukan sesi tanya jawab terkait gejala dan dampaknya terhadap aktivitas sehari-hari. Dokter juga akan menanyakan riwayat demensia atau kondisi lain pada pasien dan keluarganya.
Dokter juga bisa melakukan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
• Pemeriksaan kognitif, untuk menilai kemampuan berpikir, mengingat, dan berbahasa,
• Pemeriksaan saraf, untuk mengevaluasi keseimbangan, refleks, dan fungsi indera
• Tes darah, guna mendeteksi kekurangan nutrisi, gangguan tiroid, atau penyakit lain seperti Alzheimer
• Pemindaian otak seperti CT scan atau MRI, untuk mendeteksi kondisi lain pada otak, seperti stroke atau tumor, yang dapat menyebabkan gejala demensia.
Pengobatan Demensia
Pengobatan demensia bertujuan untuk membantu penderita beradaptasi dengan kondisinya, memperlambat perburukan gejala, dan mencegah komplikasi. Berikut metode pengobatan yang dapat dilakukan:
Terapi khusus
Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menangani gejala dan perilaku yang muncul akibat demensia adalah:
• Terapi stimulasi kognitif, untuk merangsang daya ingat serta meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan berbahasa, misalnya melalui kegiatan kelompok atau olahraga
• Terapi okupasi, untuk melatih penderita melakukan aktivitas sehari-hari dan mengontrol emosi
• Terapi mengingat, untuk membantu pasien mengenang riwayat hidupnya, seperti kampung halaman, masa sekolah, pekerjaan, atau hobi.