banner 728x250

Padahal Diberi ASI Sampai 6 Bulan, Kenapa Anak Mengalami Anemia Defisiensi Besi?

Ilustrasi. (Foto: istimewa)

ABNnews — Anemia ternyata tidak hanya dialami orang dewasa, bayi ternyata juga bisa mengalaminya. Banyak orang tua terkejut ketika hasil pemeriksaan medis menunjukkan anak mereka mengalami anemia defisiensi besi, padahal sejak lahir telah diberikan ASI eksklusif sesuai anjuran.

Fenomena ini makin sering ditemui di berbagai daerah. Berdasarkan laporan tenaga kesehatan, tidak sedikit anak yang mengandalkan ASI sebagai satu-satunya sumber gizi justru menunjukkan gejala kekurangan zat besi saat memasuki usia enam bulan ke atas.

Temuan ini memunculkan pertanyaan penting, mengapa bayi yang mendapat ASI penuh masih berisiko mengalami kekurangan salah satu zat gizi yang sangat krusial bagi pertumbuhannya?

Air Susu Ibu (ASI) memang terbukti sebagai asupan terbaik bagi bayi, terutama dalam enam bulan pertama kehidupan. ASI mengandung berbagai zat gizi esensial yang dibutuhkan bayi dalam masa awal pertumbuhannya, termasuk antibodi alami yang memperkuat daya tahan tubuh.

Namun demikian, seiring bertambahnya usia, khususnya ketika bayi mulai memasuki usia enam bulan, kebutuhan nutrisinya berubah secara signifikan.

Pada usia ini, bayi memerlukan asupan tambahan di luar ASI yang mampu melengkapi kebutuhan mikronutrien seperti zat besi, seng, dan vitamin A. Inilah alasan mengapa Makanan Pendamping ASI (MPASI) menjadi fase penting dalam tumbuh kembang anak.

Dokter spesialis anak dr Agnes Tri Harjaningrum SpA menjelaskan bahwa cadangan zat besi yang dimiliki bayi sejak dalam kandungan akan menurun secara alami pada usia enam bulan.

Pada saat yang sama, kandungan zat besi dalam ASI pun tidak lagi mencukupi kebutuhan harian bayi yang sedang mengalami pertumbuhan pesat. “Secara teori, begitu umur enam bulan, cadangan zat besinya drop,” ujar dr Agnes seperti dilansir dari Antaranews.

Jika tidak ditopang dengan makanan tambahan yang kaya zat besi, bayi berisiko mengalami anemia defisiensi besi yang dapat berdampak jangka panjang.

Kondisi ibu sebagai produsen utama ASI juga turut mempengaruhi situasi ini. Faktor kelelahan, stres, gangguan kesehatan, atau keterbatasan waktu karena bekerja dapat menurunkan produksi ASI baik dari sisi jumlah maupun kualitas.

Dalam kondisi seperti ini, pemenuhan gizi dari luar menjadi sangat penting. Sayangnya, masih banyak orang tua yang belum menyadari bahwa ASI tidak lagi mampu memenuhi seluruh kebutuhan zat besi anak setelah usia enam bulan, apalagi jika kualitas makanan pendamping yang diberikan kurang tepat.

Pentingnya MPASI yang bernutrisi tinggi, kaya zat besi, dan telah difortifikasi menjadi sorotan utama. MPASI yang ideal bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga memenuhi kebutuhan mikronutrien penting untuk perkembangan otak dan tubuh bayi.

Di sinilah fortifikasi gizi berperan. Menurut Agnes, anak yang tidak mendapatkan tambahan zat besi dari makanan rentan mengalami gangguan kesehatan yang serius.

“Perlu diperhatikan untuk anak yang ASI, karena akan berbeda dengan anak yang sejak awal MPASI-nya lengkap zat gizinya. Walaupun ASI itu yang terbaik, cuma di usia enam bulan ASI akan kurang,” katanya menjelaskan.

MPASI yang difortifikasi, baik dalam bentuk sereal, bubur, atau makanan olahan lain, telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan zat besi bayi pada masa-masa kritis perkembangan. Produk-produk ini biasanya sudah diperkaya zat besi dalam jumlah yang terukur dan aman dikonsumsi.

Selain itu, sumber alami zat besi dari makanan seperti daging merah, hati ayam, kuning telur, dan sayuran berdaun hijau juga bisa dimasukkan ke dalam menu harian anak. Pengolahan yang tepat serta pola makan yang bervariasi membantu tubuh bayi menyerap zat besi lebih efektif.

Tenaga promosi kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Agung Saputra SKm menegaskan bahwa dalam situasi ketika bayi telah berusia di atas 6 bulan, makanan pendamping ASI yang bergizi menjadi solusi penting.

“Dokter bisa menyarankan makanan tambahan yang mengandung zat besi,” katanya.

Artinya, bukan soal menggantikan ASI, melainkan melengkapinya dengan cara yang tepat dan berbasis kebutuhan biologis anak.

Defisiensi besi

Risiko anemia defisiensi besi tidak boleh dianggap sepele. Menurut Agnes, dampaknya dapat terlihat pada performa kognitif anak dalam jangka panjang.

“Bahkan ada penelitiannya bisa menurunkan IQ 8–9 poin. Kalau kita tidak koreksi di awal nanti dia remajanya tidak berubah,” katanya menegaskan.

Penurunan fungsi kognitif akibat kekurangan zat besi di masa awal kehidupan cenderung permanen dan sulit dikembalikan, bahkan jika intervensi dilakukan di usia yang lebih tua.

Oleh sebab itu, deteksi dini dan pencegahan jauh lebih efektif dan hemat biaya dibandingkan penanganan di kemudian hari.

Perhatian terhadap kualitas MPASI tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga membutuhkan dukungan dari pemerintah dan tenaga kesehatan.

Penyuluhan yang berkelanjutan, pelatihan bagi kader posyandu, serta promosi tentang pentingnya fortifikasi dalam MPASI perlu diperluas.

Akses terhadap makanan bergizi yang terjangkau dan mudah diolah juga harus menjadi bagian dari kebijakan intervensi gizi nasional.

Investasi pada kualitas gizi anak, terutama zat besi, adalah investasi pada masa depan bangsa. Ketika anak tumbuh sehat dan cerdas, peluang mereka untuk sukses dalam pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan secara umum akan lebih besar.

Setiap upaya pencegahan terhadap anemia sejak dini adalah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Pemahaman yang benar tentang ASI dan kebutuhan tambahan gizi setelah enam bulan menjadi kunci. Bukan berarti mengurangi pentingnya ASI, tetapi menyadari batas fisiologisnya dan melengkapinya secara tepat.

Dengan pengetahuan yang memadai dan dukungan dari berbagai pihak, anak-anak Indonesia dapat tumbuh optimal dan mencapai potensi terbaiknya.

Dalam hal ini, zat besi bukan sekadar unsur logam dalam tabel periodik, melainkan fondasi bagi masa depan anak-anak yang lebih sehat, kuat, dan cerdas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *