banner 728x250

Diduga Ada ‘Pemimpin’ Aksi, Bullying Massal Siswa SMP Blitar Jadi Viral

Siswa Baru SMPN 3 Doko Blitar Dikeroyok Teman (foto: dok ist)

ABNnews – Aksi perundungan massal mengguncang lingkungan SMP Negeri 3 Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Kejadian tersebut mendadak viral setelah sebuah video pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh sekelompok siswa tersebar luas di media sosial.

Dalam video yang beredar, tampak seorang siswa berdiri bersandar di tembok sekolah sambil menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi dari teman-temannya. Korban diketahui merupakan siswa kelas 7 masih baru di sekolah dan sama sekali tidak melakukan perlawanan.

“Iya, kejadian itu benar adanya. Tim Dinas Pendidikan sudah turun ke lokasi untuk melakukan investigasi,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar, Adi Andaka, saat dikonfirmasi pada Senin (21/7/2025).

Saling Olok Berujung Brutal, Ada yang Atur Aksi?

Perundungan tersebut terjadi pada Jumat, 18 Juli 2025, saat sekolah tengah menggelar kegiatan kerja bakti. Informasi sementara menyebutkan, insiden berawal dari saling olok antarsiswa. Namun situasi memanas hingga berujung pada satu siswa yang jadi sasaran pengeroyokan secara brutal.

Yang bikin miris, dalam video terlihat ada satu siswa yang diduga menjadi ‘pemimpin’ aksi, mengatur jalannya pengeroyokan. Ia terlihat memberi aba-aba, sementara siswa lainnya ikut menyerang sambil berteriak, memaki, dan menyemangati pelaku lain.

Parahnya lagi, kejadian ini diduga sengaja direkam oleh siswa lain dan kemudian disebarkan di media sosial. Tak satu pun guru atau pihak sekolah terlihat melerai atau menghentikan aksi tersebut dalam video berdurasi singkat itu.

“Korban berdiri pasrah, hanya menangkis pukulan. Tidak terlihat melawan,” ujar Adi.

Mediasi Sudah Dilakukan, Tapi Netizen Geram

Meski kondisi korban kini dilaporkan dalam keadaan baik, banyak warganet yang merasa kasus ini tidak cukup jika hanya diselesaikan secara kekeluargaan. Namun, menurut Adi, pihak Dinas Pendidikan sudah memanggil seluruh pihak terkait untuk mediasi pada Sabtu, 19 Juli 2025.

Mediasi itu juga disaksikan oleh Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan perangkat desa. Dalam pertemuan tersebut, orang tua korban meminta agar para pelaku diberikan pembinaan langsung oleh aparat, terutama Babinsa.

“Permintaan itu disepakati. Kasus diselesaikan secara kekeluargaan,” terang Adi.

Netizen Minta Evaluasi Sekolah

Meskipun kasus telah dimediasi, banyak warganet yang menyoroti minimnya peran sekolah dalam mencegah atau menangani kasus bullying. Beberapa pihak bahkan meminta agar sekolah lebih proaktif membentuk sistem pengawasan dan pendampingan siswa, terutama di awal tahun ajaran baru.

Sementara itu, belum ada informasi lanjutan apakah pihak sekolah akan memberikan sanksi internal kepada pelaku maupun mengevaluasi sistem pengawasan di lingkungan sekolah.

Kasus ini menjadi pengingat serius bahwa bullying di sekolah bukan hanya soal kekerasan fisik, tapi juga soal budaya diam dan pembiaran yang bisa melukai banyak pihak, termasuk masa depan siswa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *