ABNnews – Langkah strategis Presiden Prabowo Subianto dalam memperjuangkan kepentingan ekonomi nasional membuahkan hasil konkret di panggung global.
Melalui negosiasi langsung dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta keberhasilan mendorong finalisasi perjanjian dagang IEU-CEPA dengan Uni Eropa, Prabowo dinilai berhasil membuka dua jalur ekspor utama yang selama ini penuh tantangan.
Kesepakatan ini disambut antusias oleh pelaku industri dalam negeri, yang menyebut momen ini sebagai titik akselerasi mendorong industri manufaktur Indonesia “masuk gigi lima” untuk bersaing di pasar dunia secara lebih agresif dan kompetitif.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan secara langsung melalui platform Truth Social dan akun Instagram resmi White House bahwa kesepakatan perdagangan dengan Indonesia telah tercapai melalui komunikasi langsung antara kedua kepala negara.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (AGK) menyatakan bahwa kesepakatan tarif tersebut merupakan pencapaian diplomatik yang luar biasa, sekaligus bukti keberhasilan Presiden Prabowo dalam memperjuangkan kepentingan industri nasional di tingkat global.
“Ini menunjukkan kepemimpinan kuat Presiden Prabowo yang berpihak pada pelaku industri dalam negeri. Tarif yang lebih menguntungkan dibanding negara pesaing akan memperkuat daya saing industri kita di pasar internasional,” ungkap AGK dalam keterangan pers di Jakarta.
Menurut Agus, kesepakatan ini akan membuka lebih lebar akses ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat dan menggairahkan sektor manufaktur dalam negeri, terutama industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan produk tekstil lainnya.
“Penurunan atau penyesuaian tarif dari AS terhadap sejumlah komoditas ekspor Indonesia akan meningkatkan utilisasi industri, penciptaan lapangan kerja, dan memperkuat struktur industri nasional,” ujarnya.
Data Ekspor dan Peluang Industri
* Nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat tahun 2024 tercatat sebesar USD26,31 miliar, atau 9,94% dari total ekspor nasional.
* Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan AS sebesar USD14,34 miliar, menyumbang 46,2% dari total surplus perdagangan Indonesia tahun 2024.
* Tingkat utilisasi industri manufaktur Indonesia pada 2024 mencapai 65,3%, menunjukkan masih terdapat ruang besar untuk peningkatan produksi ekspor.
Agus menambahkan, saat ini sekitar 20% output industri manufaktur Indonesia ditujukan untuk ekspor, sementara sisanya memenuhi kebutuhan pasar domestik. Kesepakatan tarif ini diharapkan dapat meningkatkan proporsi ekspor sekaligus mendongkrak utilisasi kapasitas produksi industri.
IEU-CEPA: Pintu Baru ke Pasar Eropa
Selain kesepakatan dengan AS, pelaku industri juga menyambut baik tercapainya kesepakatan politik untuk penyelesaian perjanjian dagang IEU-CEPA. Kesepakatan ini dinilai akan menghapus berbagai hambatan tarif dan nontarif yang selama ini menghalangi produk Indonesia menembus pasar Uni Eropa.
“Perjanjian ini sangat ditunggu-tunggu oleh industri nasional agar produk kita bisa masuk ke Eropa secara lebih kompetitif. Kami sangat mengapresiasi langkah Presiden Prabowo dalam mempercepat penyelesaiannya,” kata Menperin.
Agus meyakini, dua capaian dagang besar ini akan menjadi tonggak sejarah baru bagi penguatan industri manufaktur nasional, sejalan dengan target pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2029.
“Presiden Prabowo adalah Presiden Indonesia pertama yang secara konkret memperkuat manufaktur berorientasi ekspor. Kesepakatan ini akan menjadi katalisator utama bagi industrialisasi nasional ke depan,” pungkasnya.