Catatan Cak AT
Bayangkan Anda sedang duduk santai di beranda rumah, menyesap teh jahe, dan tiba-tiba lutut Anda berderit seolah-olah sedang membuka pintu gudang yang sudah 20 tahun tak disentuh. Jangan khawatir, itu kabar dari alam yang, sayangnya kurang menyenangkan.
Jelas lutut berdenyit bukan karena Anda kurang minum susu atau tak cukup bersujud dalam shalat malam. Itu adalah tubuh Anda sedang merayakan pesta kecil bernama penuaan —acara akbar yang datang tanpa undangan, tapi menolak pulang.
Kini, kita semakin tahu lebih jauh ihwal penuaan. Berkat kerja cemerlang para peneliti di Korea University, sekarang kita paham bahwa penuaan tidak hanya terjadi di satu sudut tubuh —di rambut yang memutih atau di kulit yang keriput.
Ok Hee Jeon dan timnya yang sangat peduli dengan masa depan kulit kencang kita berkesimpulan: ternyata penuaan itu menular. Iya, seperti hoaks di grup WhatsApp keluarga. Bedanya, yang menyebarkannya bukan tante Anda, tapi protein mungil bernama HMGB1.
Dalam studi mereka yang dipublikasikan di Metabolism – Clinical and Experimental, para ilmuwan menemukan bahwa versi “reduced” dari protein HMGB1 bisa menjelajah melalui aliran darah dan memprovokasi sel-sel sehat di organ lain agar ikut-ikutan pensiun dini.
Fenomena ini disebut dengan istilah seksi: senescence-associated secretory phenotype atau SASP —singkatan yang cukup rumit untuk menjelaskan bahwa sel-sel tua itu cerewet.
Bayangkan sel-sel tua ini seperti tetangga bawel yang hobi gosip dan menyebarkan energi negatif ke RT sebelah. Mereka mengeluarkan sinyal kimia yang, alih-alih memotivasi, justru bikin semangat hidup sel-sel muda luntur.
Bukan hanya itu, ketika protein HMGB1 ini mengalir ke otot, ginjal, bahkan kulit, dia memicu “efek domino” dari keausan sistemik. Satu sel jatuh, semua ikut rebahan.
Namun jauh sebelum para peneliti menemukan HMGB1, al-Qur’an telah menyiratkan betapa penuaan adalah proses universal dan tidak bisa dihindari. Allah SWT berfirman:
> “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (Qs. Ar-Rum: 54)
Ini bukan hanya pengingat eksistensial. Ayat ini juga bisa dibaca sebagai framework biologis, bahwa tubuh manusia mengalami siklus alamiah: lemah – kuat – lemah.
Yang menarik, dalam ayat ini disebutkan “beruban” sebagai gejala penuaan yang tak tertolak. Kalau rambut saja bisa terinfeksi waktu, apalagi sel otot, ginjal, dan jaringan kulit kita.
Jika para ulama bisa menasihati soal umur dengan hikmah, para ilmuwan kini menasihatinya dengan mikroskop. Tapi ujungnya sama: waktu tak bisa ditahan, tapi bisa disikapi dengan bijak. Dan ya, mungkin dengan sedikit humor agar tidak terlalu cepat keriput.
Penuaan, pada akhirnya, bukan hanya soal usia. Ini adalah akumulasi dosa-dosa kecil seluler —radikal bebas yang menari-nari, inflamasi kronis, metabolisme yang malas bangun pagi, dan komunikasi rusak antar sel. Seperti tim kerja yang kehilangan leader, sel-sel tua gagal memberi arahan sehat. Mereka malah menyulut api kecemasan biologis.
Di titik inilah, studi tentang HMGB1 menjadi penting. Jika sinyal penuaan bisa di-“mute”, seperti Anda mematikan suara grup WA alumni, maka peluang memperlambat penuaan bukan lagi mimpi.
Dalam eksperimen mereka, tim Korea ini bahkan berhasil menghambat penyebaran penuaan dengan menyuntikkan antibodi untuk menghalangi HMGB1. Hasilnya? Otot tikus jadi lebih kuat, pemulihan luka lebih cepat, dan entah bagaimana tikus-tikus itu tampak lebih bahagia (setidaknya menurut grafik).
Bayangkan sebuah pabrik roti yang salah satu mesinnya mulai rusak. Mesin itu bukan hanya berhenti bekerja, tapi mulai mengeluarkan asap dan bau hangus, lalu alarm kebakaran menyala. Alih-alih diperbaiki, mesin itu terus mengeluarkan sinyal rusak.
Mesin-mesin lain yang awalnya sehat mulai panik dan ikut terganggu performanya. Akhirnya, satu pabrik pun bermasalah. Begitulah kira-kira efek HMGB1 dalam tubuh kita. Sel tua itu bukan hanya mandul, tapi berisik dan destruktif.
Namun jangan terlalu bersedih. Ini bukan obituari untuk kolagen Anda. Justru dengan pemahaman yang lebih dalam soal sains penuaan, kita bisa memetik hikmah: bahwa menua itu bukan kutukan, tapi proses yang bisa dikawal. Bukan untuk menjadi abadi, tapi agar masa tua menjadi masa panen, bukan masa panik.
Dan kalau memang ada satu cara terbaik untuk memperlambat penuaan, mungkin bukan serum, bukan pil, bukan suntikan vitamin C dari klinik Korea Selatan. Tapi hidup sehat, bahagia, dan tidak overthinking. Karena stres juga menua, Bung.
Sumber:
– Shin, J.-W., dkk. (2025). Propagation of senescent phenotypes by extracellular HMGB1 is dependent on its redox state. Metabolism – Clinical and Experimental, 168.
– Al-Qur’an, Surah Ar-Rum ayat 54
– López-Otín, Carlos, et al. (2013). The Hallmarks of Aging. Cell.
– National Institute on Aging. (2024). Biology of Aging. www.nia.nih.gov
Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 9/7/2025