banner 728x250

Pertamina NRE Gandeng Raksasa China LONGi Bangun Pabrik Panel Surya Canggih di Indonesia

Foto dok Pertamina

ABNnews – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) resmi menjalin kolaborasi strategis dengan perusahaan asal China, LONGi Green Technology Co., Ltd, untuk membangun fasilitas manufaktur panel surya (solar PV) berteknologi tinggi di kawasan Deltamas, Jawa Barat.

Pabrik ini diproyeksikan punya kapasitas produksi hingga 1,4 gigawatt (GW) per tahun, dan akan menggunakan teknologi mutakhir Hybrid Passivated Back Contact (HPBC) 2.0 tipe N, yang dikenal mampu menghasilkan modul surya dengan efisiensi tinggi.

Proyek ini tak cuma bakal memperkuat pasokan energi bersih nasional, tapi juga jadi bagian dari strategi besar pemerintah dalam mengejar target Net Zero Emission (NZE) 2060, memperluas pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), dan menekan ketergantungan pada energi fosil.

“Ini tonggak penting dalam transisi energi Indonesia. Dengan manufaktur lokal, kita bisa tekan biaya, perkuat rantai pasok, dan buka lebih banyak lapangan kerja hijau,” ujar CEO Pertamina NRE, John Anis, dalam peluncuran proyek di Bekasi, Senin (23/6).

Tak cuma itu, proyek ini juga akan mendukung pencapaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan mendorong Indonesia masuk lebih dalam ke dalam rantai pasok global industri energi hijau.

Menurut Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Eniya Listiani, pabrik ini bakal bantu pemerintah mengejar target bauran energi EBT sebesar 34,3% hingga 2034.

“Target tambahan kapasitas pembangkit hingga 69,5 GW, dan 61% di antaranya dari EBT,” katanya.

Sementara itu, VP LONGi Global, Dennis She, menyebut proyek ini sebagai langkah strategis ekspansi bisnis ke Asia Tenggara. “Kami ingin dukung transisi energi di Indonesia lewat transfer teknologi dan pengetahuan,” ujarnya.

Fasilitas ini juga akan menggandakan kapasitas produksi panel surya dalam negeri, dari 1,6 GWp menjadi 3 GWp per tahun. Angka ini dinilai krusial untuk memenuhi kebutuhan PLTS dalam negeri yang ditargetkan bisa tembus 300–400 GWp di 2060.

Edy Junaedi, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM, juga menyebut proyek ini sebagai simbol kuat kerja sama Indonesia–Tiongkok dalam mempercepat transisi energi. “Ini bukan sekadar investasi, tapi transformasi industri energi.”

Tak ketinggalan, Fadjar Djoko Santoso, VP Corporate Communication Pertamina, menegaskan bahwa proyek ini sejalan dengan program Pertamina sebagai pemimpin transisi energi yang mengusung prinsip ESG dan mendukung SDGs.

“Kami ingin perkuat ekosistem energi hijau nasional,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *