ABNnews – Manajemen Malut United akhirnya buka suara soal pemecatan mengejutkan Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena dari kursi pelatih kepala dan direktur teknik.
Dalam konferensi pers di Stadion Kie Raha, Ternate, Selasa (24/6/2025), klub membeberkan detail pelanggaran etik yang ditudingkan ke keduanya.
Bukan sekadar pemecatan biasa, manajemen mengungkap dugaan praktik mafia kontrak dan permainan fee yang melibatkan Imran dan Yeyen. Pemecatan dilakukan pada 16 Juni 2025.
“Kami sudah kantongi bukti-buktinya, termasuk transfer senilai Rp200 juta. Bahkan ada pengakuan langsung dari pemain, baik lokal maupun asing,” kata Wakil Manajer Malut United, Asghar Saleh.
Modus: Ubah Kontrak Pemain, Ambil Fee dari Agen
Manajemen mengungkap bahwa dugaan penggelapan dana dilakukan melalui manipulasi kontrak pemain dan penerimaan fee dari agen. Lebih parahnya lagi, keduanya disebut punya keleluasaan penuh dalam proses rekrutmen tanpa pengawasan manajemen.
Asghar mengungkap, pelanggaran ini sudah tercium sejak Malut United masih berlaga di Liga 2 musim 2023–2024.
“Owner klub masih percaya dan menaikkan gaji keduanya, berharap mereka berubah. Tapi ternyata malah makin menjadi-jadi,” ujar Asghar.
Klarifikasi Imran Dinilai Menyesatkan, Klub Siap Tempuh Jalur Hukum
Manajemen juga kecewa atas pernyataan Imran Nahumarury di media, yang dianggap berseberangan dengan kesepakatan awal untuk tidak menimbulkan opini publik.
“Dia sempat janji tidak akan membuat gaduh, tapi ternyata tidak konsisten. Kalau masih terus memicu polemik, kami bisa bawa ini ke ranah hukum,” tegas Asghar.
Sementara itu, Yeyen Tumena dinilai tidak kooperatif dan tidak menunjukkan itikad baik. Klub pun tak ragu menggunakan kata “pemecatan” untuk menggambarkan sikap tegas terhadap dugaan pelanggaran ini.
Klub Tekankan Integritas Lebih Penting dari Sekadar Prestasi
Malut United menegaskan bahwa prestasi bukan segalanya. Yang utama adalah integritas, kejujuran, loyalitas, dan komitmen untuk membangun klub yang sehat dan profesional.
“Investasi klub ini jangka panjang. Kami tak mau kompromi dengan praktik yang mencoreng sepak bola,” tutup Asghar.