banner 728x250

Batik Cirebon Curi Perhatian Dunia, Ekspor Tembus USD 7,6 Juta!

Foto dok Kemenperin

ABNnews – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus gaspol dorong industri batik nasional biar makin dilirik, nggak cuma di dalam negeri tapi juga go international.

Salah satu langkah konkret yang ditempuh adalah kolaborasi bareng Yayasan Batik Indonesia (YBI). Mereka bakal mengangkat Batik Tulis Merawit Cirebon jadi ikon utama di ajang Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025 yang digelar 6–10 Agustus di Pasaraya Blok M, Jakarta.

“Industri batik kita kaya banget. Dari motif, warna, teknik bikin, sampai bahan bakunya beda-beda di tiap daerah. Ini potensi besar,” ujar Dirjen Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA), Reni Yanita di Jakarta, Senin (23/6).

Trusmi Cirebon: Gudangnya Batik Legendaris

Cirebon jadi salah satu daerah yang punya sentra batik paling aktif. Di Sentra Batik Trusmi, ada lebih dari 600 perajin tersebar di Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon, Kecamatan Plered.

Yang paling dibanggakan? Batik Tulis Merawit. Tekniknya rumit, pakai canting super kecil, bikin garis tipis dan rapat, disebut “wit”, yang jadi ciri khas utama. Nggak heran, batik ini resmi kantongi Sertifikat Indikasi Geografis (IG) sejak 2024.

“Batik ini bukti keterampilan tinggi perajin Trusmi. Nilai seninya tinggi, unik, dan autentik,” jelas Reni.

Dari Cirebon ke Dunia: Batik Kita Laris di Pasar Ekspor

Data Kemenperin menyebut, ekspor batik nasional tembus USD 7,63 juta di triwulan I 2025. Negara tujuan utama? Jepang, AS, dan sejumlah negara Eropa. Dan ya, batik dari Trusmi termasuk yang jadi kontributor penting. Produk ekspornya nggak cuma kain, tapi juga apparel dan home décor.

Pelacakan dengan QR Code, AI untuk Desain, IPAL untuk Limbah

Dalam kunjungan kerja ke Trusmi, Kemenperin juga gelar dialog bareng komunitas perajin, KMPIG, APPBI, dan Pemkab Cirebon.
Salah satu inovasi yang bikin kagum adalah QR-code tracking di produk Batik Merawit. Jadi pembeli bisa tahu siapa perajinnya, kapan dibuat, jenis kain, bahkan lokasi produksi.

Direktur IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Budi Setiawan, menambahkan bahwa digitalisasi ini bikin batik makin transparan dan punya nilai lebih.

Inovasi lain? Pemanfaatan AI untuk desain batik. Menurut Ketua APPBI Komarudin Kudiya, AI bantu perajin kembangkan motif baru dan jembatani kolaborasi antar generasi. Plus, industri batik Trusmi juga udah pakai IPAL komunal buat olah limbah cair. Hijau banget!

Batik Waleran Jadi Kandidat IG Baru

Selain Merawit, batik Waleran juga mencuri perhatian. Motifnya khas Mega Mendung tapi pakai teknik gradasi warna. Potensial banget buat daftarkan IG baru, tinggal tunggu sinergi lebih lanjut antara pusat dan daerah.

Dari Batik Katura ke Hafiyan, Kreativitas Lokal Nggak Ada Habisnya

Kunjungan ditutup dengan demo teknik batik merawit di IKM Katura, lalu mampir ke EB Batik Tradisional dan Hafiyan—dua pelaku IKM yang konsisten lestarikan motif klasik khas Cirebon.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *