ABNnews – Patah hati & kesedihan tak bisa dihindarkan dari kehidupan manusia. Bisa jadi patah hati karena cinta ditolak atau putus cinta. Mereka merasa
bahwa dunia sudah runtuh. Segala sesuatu menjadi suram dan kehilangan semangat hidup. Anggapan ini tentu saja tidak bisa dibenarkan.
Siapa saja bisa mengalami patah hati. Nabi Muhammad SAW pun pernah mengalaminya. Nabi Muhammad SAW pernah patah hati dua kali sebelum diangkat menjadi Rasul.
Dikutip dari qubaca.id, Nabi Muhammad SAW pernah mengalami patah hati. Wanita yang dicintainya tidak menyambut uluran cintanya. Nabi patah hati, bahkan sampai dua kali.
Peristiwa itu, kata Martin Lings, tidak membuat Nabi Muhammad larut bersedih. Dia menyadari ada lelaki yang lebih berhak karena lebih dulu meminang wanita pujaannya itu, bernama Hubayroh, sosok yang baik perangainya, kaya, terhormat, dan penyair berbakat.
Hubayroh adalah putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani Makhzum. Kala itu, kekuasaan Bani Makhzum semakin meningkat di saat kekuasaan Bani Hasyim kian merosot. Lantas, siapakah wanita yang berani menolak cinta Nabi Muhammad itu?
Dalam buku Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, yang ditulis Marting Lings, menyebutkan, wanita itu bernama Fakhitah, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ummu Hani, putri Abu Thalib, paman Nabi sendiri.
Karena cintanya yang mendalam kepada Ummu Hani, Nabi Muhammad di suatu waktu pernah mengutarakan perasaannya itu kepada sang paman untuk menjadikan putrinya sebagai istri. Tapi apa boleh dikata. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Abu Thalib lebih memilih Hubayroh ketimbang memberikan putrinya kepada Nabi.
Cinta Nabi Muhammad kepada Ummu Hani ternyata begitu besar. Tidak mudah bagi Nabi mengeluarkan Ummu Hani dari perasaan hatinya. Meski bulan berganti tahun, perasaan itu masih melekat di hati sang nabi. Tepatnya, saat peristiwa pembebasan Kota Makkah (Fathul Makkah), Nabi sempat bertemu Ummu Hani setelah sekian lama berpisah.
Dalam peristiwa pembebasan Kota Makkah banyak kaum Quraisy memilih selamat dengan masuk Islam. Sementara Hubayroh, suami Ummu Hanni, memilih kabur ke Yaman dalam keadaan masih memeluk agama nenek moyangnya yang menyembah berhala.
Mengetahui Hubayroh meninggalkan Ummu Hani dan beberapa anaknya, Nabi Muhammad merasa iba dan kasihan. Pada saat itulah Nabi dikisahkan sempat mau melamarnya kembali. Sayang, lamaran Nabi ditolak untuk kedua kali. Pinangan Nabi yang kedua ini dimaksudkan untuk menghibur Ummu Hani yang sudah menua dan ditinggal pergi sang suami.
Dalam Islam, patah hati bukanlah akhir segalanya. Meskipun perasaan sedih dan kecewa adalah hal yang manusiawi, Islam mengajarkan untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan putus asa.
Patah hati, dalam perspektif Islam, dapat menjadi ujian dari Allah SWT untuk menguji keimanan dan kesabaran.
Penting untuk mencari solusi dan cara mengatasinya agar tidak terjerumus pada perbuatan yang dilarang agama.
Ikhlas dan Tawakal:
Menerima kenyataan dengan ikhlas dan bertawakal kepada Allah SWT adalah kunci utama. Yakinlah bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah atas izin Allah dan pasti ada hikmah di baliknya.
Mencari Ketenangan dengan Ibadah:
Mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah seperti shalat, membaca Al-Quran, berdzikir, dan berdoa dapat menenangkan hati yang sedang terluka.
Berpikir Positif:
Mengubah cara pandang terhadap situasi yang menyakitkan. Yakinlah bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, meskipun terasa pahit saat ini.
Menghindari Perbuatan Dosa:
Menjauhi perbuatan yang dapat memperburuk keadaan, seperti minum minuman keras, menggunakan narkoba, atau melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Mencari Dukungan:
Berbicara dengan orang-orang terdekat yang saleh atau mencari nasihat dari ulama dapat membantu dalam menghadapi patah hati.
Memaafkan:
Memaafkan diri sendiri dan orang lain yang mungkin telah menyebabkan sakit hati. Memaafkan adalah kunci untuk melepaskan beban dan membuka hati untuk kebahagiaan.
Mencari Kebahagiaan yang Halal:
Melakukan kegiatan positif yang bermanfaat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dapat membantu melupakan kesedihan.
Sabar dan Istiqomah:
Bersabar dalam menghadapi ujian dan terus berjuang untuk menjadi lebih baik. Istiqomah dalam menjalankan ibadah dan menjauhi kemaksiatan.
Ingatlah bahwa patah hati adalah bagian dari kehidupan. Dengan mendekatkan diri kepada Allah dan mengikuti ajaran Islam, seseorang dapat melewati masa sulit ini dengan lebih kuat dan lebih baik.
Jangan biarkan patah hati menguasai diri dan menyebabkan perbuatan dosa. Patah hati bisa menjadi pelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Allah SWT selalu bersama orang-orang yang sabar dan bertawakal.
Respons AI mungkin berisi kesalahan. Pelajari lebih lanjut
“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS Ali Imran 3:160 dikutip melalui Quran.com).
Masih dalam Surah Ali Imran, kata-kata penghibur patah hati & kesedihan juga diucapkan Allah lewat Al Quran yang Maha Suci. “… Cukuplah Allah bagi kami, dan (Dialah) sebaik-baik pengatur urusan.” (QS Ali Imran 3:173).
“Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.” (QS Al Insyirah 94:8).
Rasa sedih, kecewa, terluka, kesepian, tersesat, dan segala jenis emosi negatif lainnya wajar dirasakan & pasti akan dihadapi semua manusia. Namun dengan menyerahkan segala niat & harapan hanya kepada Allah. Wallohu a’lambishshawab/H Ali Akbar Soleman Batubara