banner 728x250

Diduga Kritik Pemotongan Dana PIP, Siswa SMP di Bekasi Dianiaya Anak Kepala Sekolah

Ilustrasi. (Foto: Net)

ABNnews – DMH (16), seorang siswa kelas IX di salah satu SMP Negeri di Bantargebang, Kota Bekasi dilaporkan menjadi korban penganiayaan yang diduga dilakukan oleh S (15), anak dari kepala sekolah.

Insiden ini bermula dari unggahan kritik DMH di media sosial terkait dugaan pemotongan dana Program Indonesia Pintar (PIP) oleh pihak sekolah.

DMH mengaku telah dua kali menerima pencairan dana PIP, masing-masing sebesar Rp750.000. Namun, ia menyatakan tidak menerima dana secara utuh.

“Yang pertama langsung digunakan untuk pembayaran SPP tanpa sepengetahuan saya. Yang kedua, saya hanya menerima Rp600.000 karena dipotong Rp150.000,” ungkapnya saat dikonfirmasi, Jumat (23/5/2025).

Sebagai bentuk kekecewaan, DMH kemudian mengunggah gambar hasil kecerdasan buatan (AI) berupa ilustrasi manusia berkepala tikus yang memegang uang, dengan latar belakang sekolah.

Unggahan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk sindiran terhadap praktik yang dianggap tidak transparan.

Pihak sekolah menanggapi unggahan itu sebagai pencemaran nama baik. Mediasi antara DMH, wali murid, dan pihak sekolah sempat dilakukan.

DMH menyebut bahwa dirinya memilih mengalah karena khawatir akan berdampak pada proses kelulusan. Namun, ia mengaku kecewa karena dana bantuan yang dipotong tidak dikembalikan.

Tidak lama setelah unggahan tersebut kembali viral, DMH mengaku menjadi korban kekerasan fisik. Kejadian itu terjadi pada Senin (19/5/2025) di lingkungan sekolah.

“Dia masuk ke ruang kelas sambil berteriak, lalu meninju kening saya. Kepala saya membentur tembok, dan dia kembali meninju rahang saya. Sampai sekarang masih sakit dan sulit dibuka,” jelasnya.

Keluarga korban telah melaporkan kejadian ini ke Polres Metro Bekasi Kota dengan nomor laporan LP/B/1095/2025/SPKT/POLRES METRO BEKASI KOTA.

Kepala sekolah yang juga orang tua dari terduga pelaku, Ujang Tholib, membenarkan adanya tindakan penganiayaan tersebut.

Ia menyatakan bahwa anaknya tersulut emosi karena merasa unggahan tersebut menyindir dirinya secara pribadi.

“Putra saya menafsirkan gambar itu menggambarkan saya sebagai orang tua,” kata Ujang.

Meski begitu, Ujang menyatakan menghormati proses hukum yang sedang berjalan.

“Kami tetap berharap persoalan ini bisa diselesaikan secara kekeluargaan,” ujarnya.

Kasus ini kini sedang ditangani oleh pihak kepolisian, dan mendapat sorotan publik karena menyangkut isu transparansi bantuan pendidikan serta keamanan lingkungan sekolah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *