ABNnews – Dalam salah satu bukunya Prof. Quraish Shihab menceritakan, bahwa ada seorang Kakek yang ditanya oleh seorang Penguasa. “Berapa umur kakek?”, tanya Sang Penguasa. “Sepuluh tahun”, jawab Sang Kakek.
“Jangan main-main kek”, sergah Sang Penguasa. “Benar Tuan, umurku baru sepuluh tahun”. “Enam puluh tahun dari usiaku, kuhabiskan dalam dosa dan pelanggaran. Baru sepuluh tahun terakhir ini, aku mengisi hidupku dengan hal-hal yang memakmurkannya”, jawabnya.
Menarik dialog di atas. Karena dalam pandangan Sang Kakek, bahwa umur itu bermakna hal-hal yang memakmurkan dalam kehidupan dunia, memakmurkan dalam arti berbuat baik, menjalankan perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-larangan Tuhan.
Dikutip dari tulisan Ilham Sapu yang dilansir sulbar.kemenag.go.id, alam hitungan usia sang kakek, sudah berumur tujuh puluh tahun, sebagian umur kakek lebih banyak berbuat kesalahan atau dosa. Dan memang dari aspek kebahasaan, kata umur seakar dengan kata makmur, yang berarti keduanya menggambarkan kemakmuran, serta kebahagiaan dan kesejahteraan jasmani dan rohani.
Suatu ketika Nabi, ditanya oleh sahabatnya, siapakah manusia yang terbaik ya, Rasulullah, jawab Nabi, orang yang panjang umurnya dan baik amalnya atau panjang juga amalnya, maksudnya kualitas amalnya bagus. Begitupun sebaliknya, manusia yang jelek, adalah yang panjang umurnya dan panjang juga amal kejelekannya.
Menurut Imam Al Ghazali, jangan kita membiarkan waktu sia-sia tak ubahnya seperti seekor binatang yang berbuat apa saja yang ia mau dengan cara sesukanya setiap waktu. Waktu terus mengalir menggerus usia setiap detik meninggalkan kita mengikuti takdir Allah.
Betapa berharganya waktu selama nafas masih menyertai kita. Imam Abdullah bin Alwi Al Haddad dalam bukunya “Risalah Al-Mu`awanah” mengatakan, “Tiap hembusan nafasmu adalah permata yang tak ternilai harganya, tidak ada duanya. Jika hilang ia tak akan kembali lagi selama-lamanya.”
Allah bersumpah dengan menyebut masa. Ddalam firman-Nya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS al-‘Ashr:1-3).
Rasulullah bersabda:” Jika kamu di sore hari jangan menunggu pagi hari, dan jika kamu di pagi hari jangan menunggu sore hari. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum kamu sakit, dan waktu hidupmu sebelum kamu mati” (HR Bukhari).
‘Umar bin Khattab pernah berkata :“Aku tidak suka melihat seseorang yang berjalan seenaknya tanpa mengindahkan ini dan itu, yaitu tidak peduli penghidupan dunianya dan tidak pula sibuk dengan urusan akhiratnya.”
Waktu adalah umur kita: Setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun yang berlalu adalah bagian dari umur kita. Tentu saja waktu terus berjalan dan terus mengalir dan tidak akan pernah kembali. Karenanya penting bagi kita untuk memaksimalkan waktu
dengan berbuat kebaikan, mendekatkan diri kepada Allah, dan memperbaiki diri.
Intinya jangan sia-siakan waktu, karena waktu adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. Apalagi umur manusia di dunia ini sangat singkat, dan tidak ada yang tahu kapan ajal akan menjemput. (Wallohu a’lambishshawab/H. Ali Akbar Soleman Batubara).