banner 728x250

Menag Beberkan Tiga Kunci untuk Majukan Pendidikan Pesantren di Indonesia

ABNnews – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar berkomitmen dalam memajukan pendidikan pesantren di Indonesia. Ia pun menyampaikan tiga kunci untuk memajukan pendidikan pesantren yaitu, kesejahteraan santri, inovasi dalam sistem pendidikan, dan penguatan peran pesantren dalam moderasi beragama.

Salah satu poin utama yang ditekankan Menteri Agama adalah pentingnya menjamin kesejahteraan santri sebagai fondasi utama dalam proses pembelajaran. Dengan menyitir pengalaman pribadinya saat menempuh pendidikan di pesantren, ia mengungkapkan betapa keterbatasan ekonomi pernah membuatnya kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, termasuk makanan.

“Salah satu wasiat orang tua saya adalah jangan pernah membatasi makanan santri. Saya tidak ingin mereka merasakan hal serupa seperti yang pernah dialami anak-anak saya,” kata Menag dalam kunjungan kerjanya ke Pondok Pesantren Al Ikhlas Ujung Bone, Sulawesi Selatan, Senin (7/4/2025).

Menurutnya, komitmen ini bukan sekadar retorika. Menag berjanji memastikan para santri dapat fokus belajar tanpa terbebani urusan pemenuhan kebutuhan pokok.

“Kami akan terus mendorong kebijakan yang memprioritaskan akses terhadap nutrisi, fasilitas kesehatan, dan lingkungan belajar yang layak,” tambahnya.

Langkah ini diharapkan memutus mata rantai kesenjangan yang kerap dialami santri dari keluarga kurang mampu. Menag mendorong pesantren untuk beradaptasi dengan sistem pendidikan modern tanpa kehilangan identitas keislamannya. Ponpes Al Ikhlas, yang didirikannya, menjadi contoh konkret dengan mengintegrasikan kurikulum internasional dan pemanfaatan teknologi informasi (IT) dalam pembelajaran.

“Santri tidak hanya belajar kitab kuning, tetapi juga menguasai coding, bahasa asing, dan riset berbasis digital,” ujarnya bangga.

Inovasi ini dinilai krusial untuk membekali santri dengan kompetensi yang relevan di era digital. “Kita ingin santri Indonesia tidak hanya unggul secara spiritual, tetapi juga mampu bersaing di kancah global,” jelas Menag.

Selain itu, pesantren didorong membangun jejaring dengan lembaga pendidikan luar negeri untuk pertukaran ilmu dan budaya. Menag secara khusus menyoroti peran strategis pesantren dalam menjaga harmoni sosial dan nilai-nilai keindonesiaan. Ia menegaskan, pesantren harus menjadi garda terdepan dalam mempromosikan pemahaman agama yang inklusif dan toleran.

“Kita menolak segala bentuk radikalisme. Santri harus menjadi agen perdamaian yang menyebarkan nilai-nilai kasih sayang, bukan kebencian,” tegasnya.

Menurutnya, tradisi pesantren yang mengedepankan dialog antarumat beragama dan penghormatan pada kearifan lokal merupakan modal utama dalam merawat kebinekaan.

“Pesantren adalah miniatur Indonesia. Di sini, santri dari berbagai latar belakang belajar hidup bersama dalam kedamaian,” imbuhnya.

Komitmen Kementerian Agama (Kemenag) dalam memberdayakan pesantren tidak hanya berhenti pada aspek infrastruktur, tetapi juga mencakup pengembangan karakter dan keterampilan santri. Menag menyatakan, pihaknya akan memperluas program beasiswa, pelatihan kewirausahaan, serta pendampingan bagi pesantren untuk mengakses pasar global.

“Kami sedang menyusun roadmap transformasi pesantren yang mencakup digitalisasi, peningkatan kapasitas guru, dan kolaborasi dengan industri,” paparnya.

Langkah ini sejalan dengan visi pemerintah menjadikan pesantren sebagai pusat keunggulan (center of excellence) yang menghasilkan generasi unggul secara intelektual dan spiritual.

Kunjungan Menag ke Ponpes Al Ikhlas mendapat apresiasi dari kalangan pesantren. Pengasuh Ponpes Al Ikhlas, Syekh Mahmud Al-Hafiz, menyambut baik kebijakan Kemenag yang pro-kesejahteraan santri.

“Dukungan ini memotivasi kami untuk terus berbenah, sekaligus membuktikan bahwa negara hadir untuk rakyat,” ucapnya.

Di tengah tantangan global, komitmen Menag Nasaruddin Umar ini menjadi angin segar bagi masa depan pendidikan pesantren. Dengan pendekatan holistik, diharapkan santri Indonesia tidak hanya menjadi penerus tradisi, tetapi juga pionir kemajuan bangsa yang berakar pada kearifan lokal dan semangat moderasi.

“Pesantren adalah jantung pendidikan karakter Indonesia. Melalui kebijakan inklusif dan berkelanjutan, kami yakin mereka akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan mencintai tanah air,” pungkasnya.

Bagus Iswanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *