banner 728x250

6 Pendakwah Al Azhar Mesir Isi Syiar Ramadan di Indonesia

Menteri Agama, Nasaruddin Umar. (Foto: Biro Humas Kemenag)

ABNnews – Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menilai pandangan ulama Al-Azhar cocok dengan masyarakat Indonesia. Karena itu ia menyambut baik kerja sama Majelis Hukama Muslimin (MHM) dengan Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama dan Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) dalam Syiar Ramadan 1446.

Program ini menghadirkan tiga ahli qiraat dan tiga pendakwah dari Al-Azhar Mesir. Enam delagasi MHM dari Al-Azhar Mesir ini akan berdakwah di tujuh provinsi selama Ramadan 1446 H.

Selain DKI Jakarta, mereka akan mengisi kajian, daurah Al-Quran dan Kitab Kuning, talaqqi Al-Qur’an, memberi ijazah kitab, serta menjadi Imam Tarawih di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Riau, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Selamat datang di Indonesia. Silakan datang dan mengisi kajian di Masjid Istiqlal,” ucap Menag saat menerima audiensi delegasi MHM dari Al Azhar Mesir di kantor pusat Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (4/3/2025).

Hadir mendampingi Menag, Dirjen Bimas Islam yang juga Ketua BKM Abu Rokhmad, Staf Khusus Menag Ismail Cawidu, Tenaga Ahli Menag Bunyamin Yafid, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Arsad Hidayat, serta Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Akhmad Fauzin.

Dari MHM, hadir Anggota Komite Eksekutif MHM TGB M Zainul Majdi, serta pengurus MHM kantor Cabang Indonesia M Arifin dan Nasywa Shihab.

Enam delegasi yang akan mengisi Syiar Ramadan di Indonesia adalah Ustadz Adel Mahmoud Mohamed Ali, Ustadz Ahmed Attia Attia Ibrahim Gadalla, Ustadzah Sara Atta Ameen Mohammed, Ustadz Mohamed Mahmoud Salama Mohamed, Ustadz Emad Abdelnaby Mahmoud Abdelnaby, dan Ustadz Hamdy Fetyan Ahmad Elsyeikh Aly.

“Terima kasih atas kedatangan para Syekh. Ke depan kami harap tidak hanya 6 saja, tapi mungkin 60. Kalau bisa setahun sampai ramadan mendatang,” ucap Menag.

“Para ulama Al-Azhar Mesir memiliki pandangan keagamaan yang cocok dengan masyarakat Indonesia. Kami memilih Mesir karena memiliki pendekatan keislaman yang moderat dan selaras dengan nilai-nilai keberagamaan di Indonesia. Kami ingin menghindari paham yang terlalu keras, karena bagi kami, Islam garis keras tidak akan laku di masa depan,” ujar Menag

“Saya akan bilang ke Grand Syekh, jangan hanya sebulan. Tapi bisa setahun atau dua tahun. Kalau ada masalah (selama di Indonesia), sampaikan ke saya,” katanya lagi.

Menag lalu berbagi cerita tentan program ekoteologi dan kurikulum cinta. Kemenag tengah mengembangkan program ekoteologi yang mengarah pada penyelamatan lingkungan. ***

Bagus Iswanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *