ABNnews — Kepolisian Kerajaan Malaysia (PDRM) menggandeng Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA) untuk melakukan penyelidikan terkait kasus penembakan 5 pekerja migran Indonesia (PMI) di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Jumat pekan lalu.
Satu PMI tewas dalam peristiwa penembakan tersebut. Sementara empat PMI lainnya mengalami luka, dua di antaranya kritis usai menjalani operasi. Dua korban dalam kondisi stabil, yakni inisial HA dan MZ.
Media setempat, malaymail pada Jumat (31/01) melaporkan, aparat yang terlibat penembakan kini dibebastugaskan sambil menunggu hasil penyelidikan. Namun tidak dijelaskan secara rinci berapa jumlah aparat yang dibebastugaskan.
Pemerintah Indonesia meminta Malaysia secara serius menangani kasus penembakan lima WNI yang menewaskan satu orang. Direktur Asia Tenggara Kemlu, Mirza Nurhidayat pada Kamis kemarin mengatakan, Indonesia dan Malaysia memiliki panduan bersama dalam penindakan pergerakan manusia di perbatasan.
“Kita meminta kesediaan pemerintah Malaysia untuk betul-betul serius menangani hal ini dan saya rasa itu pun sudah disampaikan oleh Bapak Menteri Luar Negeri dalam pernyataannya kemarin,” kata Mirza dikutip dari detikcom.
“Mereka menjelaskan kronologi kejadian dan mengatakan bahwa tidak ada perlawanan dengan senjata tajam dari penumpang WNI terhadap tim patroli MMEA,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan.
Presiden Prabowo Subianto juga sudah buka suara perihal kasus penembakan WNI oleh aparat Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) itu. Prabowo meminta kasus itu diinvestigasi.
“Ya itu sedang kita tentunya berharap ada investigasi ya kan,” kata Prabowo di The Tribrata, Jalan Dharmawangsa III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (30/01).
Prabowo mengingatkan agar para pekerja migran Indonesia tidak ikut-ikutan dalam kegiatan ilegal. Menurutnya, negara asing akan bertindak jika memaksa lakukan penyelundupan.
Dia meminta PMI untuk tidak gampang dibohongi oleh sindikat penyelundupan. Prabowo meminta semua pihak waspada.