ABNnews — Keluarga almarhumah Dini Sera Afriyanti, mengapresiasi langkah Kejaksaan Agung yang menangkap tiga hakim Pengadilan Negeri Surabaya, dan pengacara Ronald Tannur berinisial LS.
Apresiasi itu diungkap oleh kuasa hukum Dini Sera Afriyanti, Dimas Yemahura dalam perbincangan dengan Pro3 RRI, Rabu (23/10) malam.
“Saya mengucapkan apresiasi ke Kejagung, doa kami dan keluarga didengar oleh Tuhan dan ditindaklanjuti oleh Kejagung. Ini bukti putusan PN Surabaya mengandung unsur tindakpidana korupsi,” kata Dimas seperti dikutip dari rri.co.id.
Dimas mengatakan, beberapa bulan lalu, Kejagung melakukan investigasi terhadap tiga hakim PN Surabaya tersebut dan pengacara Ronald. Bahkan dirinya pernah dimintai keterangan terkait kasus tersebut.
Ia berharap Kejagung dapat mengembangkan kasus dugaan suap hakim dalam kasus Ronald dan selanjutnya menindak semua pihak yang dianggap terlibat. Menurutnya, vonis bebas Ronald berdampak menurunnya kepercayaan publik terhadap penegakan hukum di tanah air.
“Akibat putusan bagaimana rusaknya dan tentunya turunnya kepercayaan publik. Kami berharap Kejagung mengembangkan ini dan menangkap semua yang terlibat, saya dukung Kejagung menangkap semua pihak,” ujarnya.
Adapun hakim yang telah ditetapkan sebagai tersangka berinisial ES, M dan HH. Diketahui HH merupakan hakim yang memvonis bebas Ronald di PN Surabaya dalam kasus dugaan pembunuhan Dini, yang merupakan pacar Ronald.
Dalam pertimbangan hakim, Ronald tidak terbukti melakukan pembunuhan seperti dakwaan Jaksa. Vonis bebas menuai sorotan, bahkan Komisi Yudisial dan DPR RI memberikan perhatian khusus kasus tersebut.
KY menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap dengan hak pensiun karena dianggap melakukan pelanggaran berat. KY berkirim surat ke Mahkamah Agung terkait rekomendasi pemberhentian ketiga hakim tersebut, dan agar diajukan ke Majelis Kehormatan Hakim.
Ketiga hakim PN Surabaya berinisial ED, HH, dan M, serta satu pengacara Ronald Tannur berinisial LR telah ditetapkan sebagai tersangka. Pengumuman penetapan tersangka disampaikan oleh Direktur Penyidikan Kejagung Abdul Qohar di Gedung Kejagung, Jakarta, Rabu (23/10) malam.