banner 728x250
Dunia  

RS Indonesia di Gaza Kembali Jadi Sasaran Serangan Militer Israel

RS Indonesia di Gaza Utara kembali jadi sasaran serangan militer Israel. (Foto: voi)

ABNnews — Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara kembali menjadi sasaran serangan militer Israel, Sabtu (19/10) waktu setempat. Tank-tank Israel telah mengepung gedung yang dijadikan fasilitas perawatan kesehatan.

“Tank-tank Israel telah mengepung Rumah Sakit Indonesia di Bait Lahiya, Gaza utara, dan memutus pasokan listrik fasilitas medis tersebut,” kata Direktur RS Indonesia, Marwan al-Sultan, dilansir Al Jazeera.

Dia mengatakan, pasukan Israel telah mengebom rumah sakit tersebut, menargetkan lantai dua dan tiga dengan peluru artileri, yang menempatkan staf medis dan pasien dalam risiko serius.

“Serangan tersebut membahayakan nyawa 40 pasien serta 15 staf medis yang masih bertahan di RS Indonesia.”

Selain menembaki RS Indonesia, pasukan Zionis juga dilaporkan menyerang sekelompok pengungsi yang bertahan di gerbang rumah sakit. “Ada kepanikan besar di antara pasien dan staf medis,” ucap dia.

Akibat serangan tersebut, pihak Kementerian Kesehatan Palestina kembali menyerukan semua staf medis di rumah sakit sedunia untuk menyelenggarakan aksi solidaritas dengan RS di Jalur Gaza dan menyatakan penolakan atas genosida Israel terhadap rakyat Palestina.

Serangan Israel ke RS Indonesia itu terjadi di tengah pengepungan Gaza Utara oleh pasukan Zionis selama hampir dua pekan sejak 5 Oktober lalu.

Di tengah pengepungan itu, tentara Israel memerintahkan tiga RS di Gaza Utara yang masih aktif – salah satunya RS Indonesia – untuk segera melakukan evakuasi ke arah selatan.

Pasukan Zionis itu mengancam akan menghancurkan RS dan menangkap orang-orang di dalamnya apabila perintah tersebut tak diindahkan.

Perintah evakuasi tersebut memaksa dua relawan MER-C yang bertugas di RS Indonesia Gaza Utara mengungsi ke Deir Al-Balah, Gaza Tengah, demi keselamatan mereka.

Saat ini, terdapat empat relawan MER-C yang masih bertahan di Jalur Gaza untuk tugas kemanusiaan. Menurut Kementerian Luar Negeri RI, mereka adalah WNI terakhir yang masih bertahan di daerah tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *