ABNnews — Israel menebar fitnah keji dengan menyebut pasukan penjaga perdamaian di Libanon (UNIFIL) menjadi perisai bagi kelompok Hizbullah di Libanon. Fitnah keji itu dijadikan dasar bagi Israel untuk melakukan serangan terhadap personel dan pos mereka.
Fitnah terhadap UNIFIL itu dilontarkan loleh Menteri Energi Israel, Eli Cohen lewat akun media sosial X miliknya. “Misi penjaga perdamaian PBB di Libanon belum menjamin penegakan resolusi PBB dan juga berfungsi sebagai perisai bagi kelompok Hizbullah Libanon dan merupakan proksi Iran,” tulis Cohen di X.
Cohen juga mengatakan sudah waktunya bagi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menanggapi permintaan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk menarik pasukan penjaga perdamaian dari Libanon selatan.
Diketahui, tank-tank Israel pada hari Minggu (13/10) memaksa masuk ke salah satu posisi UNIFIL. Ini tindakan terbaru dari serangkaian pelanggaran dan serangan oleh militer Israel yang telah melukai beberapa pasukan penjaga perdamaian.
Sementara pada pekan lalu, empat penjaga perdamaian UNIFIL terluka akibat tembakan tentara Israel terhadap pos mereka di Libanon Selatan.
Serangan itu membuat 40 negara yang berkontribusi pada misi penjaga perdamaian PBB di Libanon bereaksi. Mereka dengan keras mengutuk serangan Israel dan menyerukan penyelidikan.
UNIFIL didirikan sebagai kekuatan sementara pada tahun 1978 untuk membantu memulihkan perdamaian di wilayah tersebut dan sebagai konfirmasi penarikan Israel dari Libanon.
Israel telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Libanon terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah sejak 23 September, menewaskan lebih dari 1.500 orang dan melukai lebih dari 4.500 lainnya, dan membuat lebih dari 1,34 juta orang mengungsi.
Kampanye udara ini merupakan peningkatan dari perang lintas batas antara Israel dan Hizbullah selama setahun sejak dimulainya serangannya di Jalur Gaza, di mana Israel telah menewaskan hampir 42.300 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas terakhir kali.
Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan Israel yang tiada henti terhadap Gaza dan Libanon, negara ini memperluas konflik pada 1 Oktober dengan melancarkan serangan darat ke Libanon Selatan.