ABNnews – Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana) Samuel F Silaen mengatakan, semua yang disampaikan Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia terkait “Raja Jawa” di dalam pidato perdananya setelah resmi terpilih sebagai Ketum Golkar yang baru pengganti Airlangga Hartarto, masih absur bagi sebagian orang. Apalagi Bahlil belum merujuk pada kepastian nama yang pasti benar.
“Kaena perumpamaan itu masing-masing entitas politik dapat menafsirkan sendiri. Namun bisa saja yang dimaksud Pak Bahlil itu merujuk pada penguasa tapi dibungkus dengan bahasa majas metafora, “ujar Silaen di Jakarta, Jumat (23/8/2024).
Menurutnya, candaan politik itu, tentu saja mempunyai efek tertentu. Sehingga ketika ditangkap atau dicerna oleh pihak lain yang lawan politik akam berbeda makna terkait raja jawa tersebut. Hal itu bisa saja diartikan publik sebagai bentuk ‘intimidatif and psikologis pressure’, supaya tidak ‘macam-macam’.
“Sehingga ketika Raja Jawa itu mengeluarkan kebijakan tidak ditentang atau diprotes,” tandasnya.
Pertanyaan muncul dari publik ialah apa maksud dan tujuan Bahlil mengeluarkan pernyataan Raja Jawa, hingga hal itu perlu disampaikan atau narasikan saat pada momen pertama dan resmi dirinya menjadi pimpinan sebuah partai yang usai ditinggal mundur secara mendadak oleh Ketua Umumnya. Meski belakangan, Bahlil kemudian mengklaim pidatonya tersebut hanya sebuah lelucon atau candaan politik. Namun hal itu sudah terlanjur menyebar secepat kilat.
“Mengutip ucapan Megawati, yang menilai tak ada sosok yang bisa dikenakan label Raja Jawa saat ini. Sosok Raja Jawa hanya ada pada sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara. Saat ini, semua orang adalah sama,” tuturnya.
Terlait apakah Raja Jawa itu Raka Tega, sesuai pernyataan Bahlil, Silaen enggan berspekulasi. Karena pernyataan Bahlil tersebut multi tafsir sehingga tergantung siapa yang memaknai dan memahaminya.
“Karena multi tafsir Raka Jawa itu bisa Raja Tega, bisa brutal. Atau justru sebaliknya,” paparnya.
Setelah ramai dikomentari berbagai pihak, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia merespons mengenai siapa “Raja Jawa” yang dimaksudnya bisa membuat celaka jika berani bermain-main dengannya. Bahlil mengaku hanya bercanda mengenai “Raja Jawa”. Dia tidak membeberkan siapa Raja Jawa yang dimaksud.
“Oh enggak, itu candaan politik saja. Candaan-candaan politik itu. Bukan statement politik ya,” ujar Bahlil di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2024) malam. “Canda-canda politik,” ujar dia.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menyinggung “Raja Jawa” di dalam pidato perdananya setelah resmi terpilih sebagai Ketum Golkar yang baru pengganti Airlangga Hartarto. Bahlil meminta para kader tidak bermain-main dengan “Raja Jawa” jika tidak ingin celaka.
Hal tersebut Bahlil sampaikan dalam Munas ke-11 Golkar di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2024). “Jadi kita harus lebih paten lagi, soalnya Raja Jawa ini kalau kita main-main, celaka kita. Saya mau kasih tahu saja, jangan coba-coba main-main barang ini. Waduh ini ngeri-ngeri sedap barang ini, saya kasih tahu,” ujar Bahlil.
Ia lantas mengungkit dampak jika ada pihak yang mencoba main-main dengan si Raja Jawa. Akan tetapi, Bahlil ogah membukanya di depan umum. “Sudah waduh ini, dan sudah banyak, sudah lihat kan barang ini kan? Ya tidak perlu saya ungkapkanlah. Enggak perlu,” ucap dia.***
Bagus Iswanto